Tindakan nabi Mikha pada saat ia menyuarakan pesan kebenaran yang berasal dari TUHAN adalah sebuah hasil dari keputusan penuh keberanian. Setidaknya ada dua kuasa besar yang sedang dilawan oleh Mikha pada saat ia melakukan hal tersebut, yakni: Pertama, Mikha sedang melawan kuasa kumpulan para nabi palsu yang telah bersekongkol untuk menyampaikan berita kebohongan dengan prinsip ‘asal menyenangkan hati raja’. Pada saat Mikha menyuarakan pesan yang berbeda dari pesan yang disampaikan oleh mereka, sesungguhnya pada saat itu pula Mikha secara tidak langsung sedang ‘melawan’ kelompok besar tersebut. Kedua, pesan yang disampaikan oleh Mikha adalah berita yang mengganggu kenyamanan para penguasa, dalam hal ini dua raja bangsa Israel yang akan pergi berperang, yaitu pemimpin kerajaan Israel dan pemimpin kerajaan Yehuda. Keputusan mereka untuk berperang tentu diiringi dengan target untuk mendapatkan kemenangan. Namun, berita kenabian yang Mikha sampaikan justru menubuatkan kondisi yang berkebalikan. Tentu saja hal ini bukanlah sebuah kabar baik bagi para raja, bahkan telah mengganggu kenyamanan mereka di tengah rancangan yang telah dibuat. Meski demikian, nabi Mikha tetap tampil dengan penuh keberanian.
Keberanian yang nabi Mikha miliki dalam menyampaikan pesan kebenaran dari TUHAN itu bukanlah tanpa alasan. Jika kita menilik lebih lanjut pesan tersebut, maka kita dapat memahami dengan lebih jelas mengapa keberanian itu muncul pada diri Mikha. Pesan kenabian Mikha berisikan gambaran bahwa TUHAN tidak memihak kepada bangsa Israel dalam peperangan itu. Situasi ‘kawanan domba tanpa gembala’ menjadi petunjuk bagi bangsa Israel bahwa mereka bergerak tanpa pimpinan dan perkenanan dari TUHAN di dalam peperangan tersebut. Dengan kata lain, kehadiran mereka di medan pertempuran akan membawa mereka ke dalam kekalahan dan malapetaka. Mikha pun memilih untuk berada ‘di sisi TUHAN’ pada saat ia mengutarakan pesan kenabian tersebut.
Sahabat Alkitab, keberanian dalam menyuarakan kebenaran merupakan hasil dari kesadaran bahwa kita hidup di dalam TUHAN dan dalam perkenanan-Nya. Pada saat kita ada dalam situasi tersebut, sesungguhnya kita tidak akan ragu menyuarakan kebenaran sekalipun itu mengganggu banyak pihak. Inilah tanggung-jawab iman yang dimiliki oleh seluruh umat TUHAN yang idealnya hidup di dalam kebenaran firman-Nya. Justru, pada saat kita memilih membungkam kebenaran yang kita tahu berasal dari TUHAN, sesungguhnya pada saat itulah kita perlu waspada terhadap krisis iman yang dapat berujung buruk.