Kesal rasanya saat kita tengah membangun percakapan dengan seseorang, tetapi kemudian mendapati bahwa rekan bicara kita tidak mendengarkan dengan bersungguh-sungguh. Rasa kesal itu muncul karena kita merasa bahwa perkataan yang kita ucapkan diabaikan oleh orang tersebut, padahal mungkin saja bahwa perkataan tersebut adalah sesuatu yang penting. Kisah tersebut mengungkapkan bahwa mendengar seringkali bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Kita merasa telah “mendengar” padahal yang kita lakukan adalah sesuatu yang sambil lalu tanpa mencoba untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Sejak awal karya dan pewartaan Kristus, kita mendapati bahwa banyak orang masih saja menolak pewartaan kasih-Nya. Saat para rasul mengabarkan injil-Nya pun penolakan itu masih saja terjadi. Bagi Paulus hal tersebut tidak seharusnya terjadi apalagi di tengah orang Yahudi yang mengetahui hukum Taurat, yang sesungguhnya telah digenapi oleh Kristus sendiri. Namun sayangnya itulah realita yang terjadi, bahwa tidak semua orang menerima kabar baik penyelamatan Allah. Paulus berkata, “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Jika saja seseorang mau mendengar dengan sungguh firman Tuhan maka sesungguhnya ia akan memiliki iman yang teguh kepada Kristus.
Firman dapat juga berarti Sang Firman yang Hidup itu, yakni Tuhan Yesus Kristus yang sesungguhnya telah datang dan mewartakan kasih serta keselamatan kepada semua orang. Surat Roma 10:20 mengutip nubuatan Allah melalui Yesaya untuk menyampaikan maksud bahwa persoalannya terletak pada manusia yang tidak mau membuka hati terhadap kehadiran-Nya, mendengarkan firman-Nya, dan menyambut Allah dalam kehidupannya. Kekerasan hati manusia tersebut pada akhirnya justru merugikan dirinya sendiri. Alih-alih merengkuh kekekalan, ia justru menuju kebinasaan.
Sahabat Alkitab, seringkali kita pun sulit untuk mendengar-Nya dengan sungguh. Firman Tuhan kita abaikan dan kehadiran-Nya kita acuhkan. Kita mengeraskan hati dan berpegang pada kebenaran yang dihasilkan oleh logika kita yang terbatas. Maka tunduklah pada kuasa-Nya dan dengarkanlah firman-Nya dengan sungguh. Kita seringkali merasa bahwa Ia begitu jauh, padahal yang terjadi adalah kita yang terus menjauh dari-Nya.