Hakikat dari doa adalah upaya membangun komunikasi dengan Allah. Maka seharusnya doa menjadi sebuah bentuk mendasar dari spiritualitas yang otentik dan menampilkan diri yang utuh kepada-Nya. Namun banyak dari antara kita yang menganggap doa haruslah berwujud untaian kata indah yang panjang. Sehingga kerinduan untuk berdoa sering menjadi pudar atau bahkan menjadi formalitas belaka.
Yesus memperlengkapi para murid dalam hal berdoa. Ia mengingatkan mereka agar tidak berdoa seperti orang munafik. Orang-orang tersebut berdoa supaya dilihat dan dikagumi oleh orang lain. Mereka suka berdoa di tempat-tempat umum seperti sinagoga atau di sudut jalan pada waktu-waktu tertentu. Tindakan itu menempatkan doa sebagai pertunjukan dan alat memamerkan kesalehan pribadi. Doa tidak lagi menjadi sarana komunikasi/relasi yang tulus dengan Allah. Yesus justru mengajarkan bahwa ketika berdoa hendaklah hal tersebut dilakukan dengan penuh ketulusan. Ia menggambarkan doa yang dilakukan secara tertutup di kamar. Dengan demikian, doa seharusnya menjadi pertemuan intim dengan Allah ketika hati manusia dan kehendak ilahi bertemu tanpa adanya gangguan berupa motivasi manusiawi.
Yesus juga memperingatkan agar para murid berdoa dengan sederhana. Janganlah menggunakan kata-kata kosong atau pengulangan yang tidak bermakna. Doa adalah kesempatan untuk merendahkan diri, menyadari ketergantungan kita kepada Allah, dan mengarahkan hati kita kepada kehendak-Nya. Disinilah Yesus mengajarkan model doa yang ideal, yang kita kenal dengan Doa Bapa Kami. Jika kita cermati, doa ini menunjukkan struktur yang seimbang, mencakup: Penghormatan kepada Allah, kerinduan terhadap kehendak-Nya, permohonan kebutuhan pribadi, pengakuan dosa yang disertai komitmen mengampuni, dan permohonan perlindungan rohani. Doa yang Yesus ajarkan ini juga menampilkan kerendahan hati dari ciptaan yang bergantung penuh kepada kedaulatan Sang Pencipta. Melalui doa inilah kita diajarkan bahwa pada akhirnya berdoa bukanlah tuntutan-tuntutan kepada Allah. Melainkan sebuah undangan untuk berpasrah diri pada segala ketetapan Allah.
Sahabat Alkitab, bagaimanakah doa yang selama ini kita lakukan? Semoga doa-doa tersebut masih menjadi bentuk komunikasi yang nyata kepada Allah serta mengungkapkan kerinduan kita yang mendalam kepada-Nya. Marilah memohon ampun jika dalam doa kita terselip hasrat dan keegoisan. Seharusnya doa menjadi sebuah pemantik bagi terciptanya hati yang mengarah kepada Tuhan semata.