Dalam kehidupan kita sehari-hari seringkali Tuhan hadir dan menyapa kita lewat berbagai peristiwa dan sosok yang tidak terduga. Mungkin pada suatu peristiwa teman atau saudara yang sudah lama tidak bertegur sapa, tiba-tiba bertandang ke rumah dan menawarkan bantuan tepat pada saatnya. Bisa jadi hati kita kembali diteguhkan melalui obrolan dengan orang asing yang kita temui di transportasi umum. Dari rangkaian peristiwa itu seharusnya sudah lebih dari cukup untuk mengingatkan akan keluasan karya-Nya.
Kepulangan bangsa Israel dari tanah Babel ke tanah leluhur mereka juga terjadi dalam keterlibatan berbagai pihak yang tidak terduga. Dimulai oleh raja Koresh dari Persia yang menaklukkan Babel dan mengizinkan kepulangan orang-orang Yahudi. Raja Darius penerusnya yang kembali mengijinkan pembangunan rumah Tuhan, hingga Raja Artahsasta pada teks kita saat ini yang memberikan bantuan untuk dimulainya kembali kegiatan peribadatan di rumah Tuhan yang telah berdiri itu. Ia mengutus Ezra dengan pihak lainnya seperti para imam dan orang-orang Lewi untuk pulang ke Yerusalem dan memimpin restorasi spiritual disana. Artahsasta mungkin tidak mengimani Allah yang diimani Ezra, tetapi Allah melembutkan hatinya dan memakai raja itu dalam rangkaian rencana-Nya.
Rupanya bukan itu saja yang dilakukan Raja Artahsasta. Ia menyuruh Ezra untuk membawa kembali piranti peribadatan yang dahulu sempat dibawa ke Babel karena menjadi rampasan perang. Raja juga memberikan emas serta perak yang pasti dibutuhkan sebagai biaya untuk pemulihan peribadatan di Rumah Tuhan dan restorasi Yerusalem secara keseluruhan. Betapa murah hatinya keputusan tersebut, apalagi bila mengingat bahwa pernah ada masanya pemerintahan Kerajaan Persia justru menghentikan pembangunan rumah Tuhan karena hasutan orang-orang yang tidak menyukai orang-orang Yahudi yang pulang ke Yerusalem. Sesungguhnya bila Tuhan berkehendak untuk mewujudnyatakan rencana-Nya maka tidak ada satupun yang dapat menghalangi rencana-Nya.
Melalui kisah gumul-juang di atas seharusnya kita belajar untuk tetap menggantungkan pengharapan kepada-Nya. Kisah orang-orang beriman yang tercantum dalam Alkitab seharusnya sudah lebih dari cukup untuk menggaungkan kebaikan Tuhan dalam relung hati kita. Tuhan menghadirkan pertolongan-Nya tanpa pernah kita duga, bahkan melalui sosok-sosok yang tidak terduga pula. Sudah saatnya kembali kepada tugas kita sebagai orang beriman yakni untuk teguh memelihara iman dan pengharapan kepada-Nya. Tuhan dapat memakai siapapun untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain, termasuk diri kita-pun dapat dipakai-Nya menjadi penanda kasih serta kebaikan Allah.