Seringkali kita menghadap Allah dan menyesali dosa-dosa kita pada saat sedang terpuruk dan realita yang kita hadapi berkebalikan dengan apa yang kita harapkan. Hal tersebut sangat berlawanan dengan apa yang dilakukan oleh umat Israel setelah tembok Yerusalem selesai dibangun. Mereka justru merespons kebaikan Tuhan dengan adegan pertobatan yang dramatis dan penuh kerendahan hati. Mereka mengenakan kain kabung, berpuasa, dan menaburkan tanah di kepala mereka. Hal itu merupakan ekspresi lahiriah dari kondisi batin yang hancur karena dosa, sekaligus pengakuan akan ketergantungan penuh kepada Tuhan.
Puasa yang mereka lakukan menunjukkan bahwa yang terpenting adalah membangun relasi dengan Allah serta mengutamakan kehendak-Nya. Kain kabung melambangkan kemiskinan rohani, sementara debu di kepala menunjukkan kerendahan hati yang mendalam. Ini bukan sekadar tindakan simbolis, melainkan perwujudan nyata dari kesadaran bahwa mereka hanyalah manusia lemah yang membutuhkan belas kasihan Tuhan. Salah satu hal yang cukup mencolok dalam pertobatan umat Israel adalah pengakuan dosa yang didasarkan pada ingatan akan dosa nenek moyang mereka. Sebuah kebiasaan khas yang berlawanan dengan kecenderungan orang-orang masa itu, yang cenderung melihat hanya yang baik dari nenek moyang mereka. Dengan menilik kesalahan masa lampau yang dilakukan para leluhur dan mengakuinya, orang Yahudi pasca pembuangan hendak membebaskan diri dari masa lalu untuk kemudian melanjutkan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan.
Umat Israel tidak hanya mengakui dosa, tetapi juga dengan setia mendengarkan bagian-bagian dari Taurat Tuhan selama seperempat hari. Mereka memahami bahwa Firman Tuhan adalah sumber utama pembaruan rohani. Kemudian, di seperempat hari berikutnya, mereka menaikkan pengakuan dan sujud menyembah Tuhan. Mereka berseru, mengingat dan mensyukuri perbuatan besar Tuhan dalam sejarah hidup mereka. Mereka mengingat bagaimana Tuhan menciptakan langit dan segala isinya, memilih Abram dan memberikan tanah Kanaan, serta membelah Laut Teberau agar umat Israel yang keluar dari Mesir dapat menyeberang dengan selamat, dan kemudian menuntun mereka dengan tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Prosesi ini menunjukkan bahwa pertobatan sejati tidak hanya melibatkan pengakuan dosa, tetapi juga perenungan dan ketaatan terhadap Firman Tuhan.
Sahabat Alkitab, menghadap Allah dengan kerendahan hati adalah bentuk pertobatan sejati. Sebagaimana umat Israel yang berpuasa dan mengenakan kain kabung, lalu mereka juga dengan tulus mengakui dosa dan mendengarkan Firman Tuhan. Kiranya kita di masa kini dapat mengaplikasikan pelajaran berharga ini, yaitu tentang relasi yang benar dengan Tuhan, yang membawa sukacita dan pemulihan sejati. Janganlah mengeraskan hati dan bersembunyi dalam segala pembenaran kita. Dosa tetaplah dosa, secantik apapun kita mengemasnya pasti Allah mengetahui yang sesungguhnya. Akuilah dosa kita dan mintalah ampun kepada-Nya.