Allah adalah sosok yang melampaui segala sesuatu yang dapat dibayangkan oleh manusia. Namun dalam rasa cinta dan takjub kita akan Dia, seringkali kita merefleksikan keberadaan serta karya Allah melalui segenap ciptaan-Nya yakni beragama fenomena dan ciptaan yang dapat kita lihat dalam alam ini.
Kesadaran akan kemahakuasaan Allah yang melampaui segala sesuatu menjadi fokus pemazmur dalam pasal kali ini. Sang pemazmur bahkan membuka syairnya dengan mengajak makhluk-makhluk surgawi untuk memuliakan Dia. Tidak ada yang luput dari kuasanya dan panggilan untuk memuliakan-Nya. Mengapa Ia harus disembah? Lihatlah suara-Nya menggema di atas samudera raya dan air yang begitu luas. Samudera telah dikenal akan ketidak terjangkauannya dalam sejarah manusia, tetapi semua itu tidak berarti di hadapan kuasa Allah yang hadir bagaikan surat guruh yang menggelegar.
Gunung Libanon dan Gunung Siryon adalah bentang alam yang dikagumi oleh orang-orang di Timur Tengah kuno. Hanya dengan memandangnya saja, manusia tertegun dan merasa begitu kecil. Namun, Allah juga mengatasi segala bentang alam yang misterius itu. Gunung pun ikut gemetar di hadapan suara-Nya. Air bah yang mencekam itu pun tempat Tuhan berdiam. Dialah Allah yang berkuasa atas seluruh bumi. Maka panggilan kita semua adalah untuk datang kepada-Nya dengan penuh kerendahan hati serta kesadaran akan kemaha kuasaan-Nya.
Sahabat Alkitab, kiranya kita senantiasa mengingat akan kuasa Allah tersebut yang mengatasi segala sesuatu. Maka jika kita memahami bahwa Allah lah yang berkuasa dan berdaulat atas segalanya, wajarlah jika kita sampai pada sebuah pengakuan dan seruan “Mulialah TUHAN!” Di hadapan kemuliaan-Nya tidak ada yang luput dari pandangan Allah. Segala sesuatu tidak ada yang lebih besar dari-Nya, termasuk segala permasalahan kehidupan yang datang dalam hidup kita.