Kata-Nya kepada mereka: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.” (Luk. 22:15)
Tidak ada seorang pun dari para murid yang tahu apa maksud dari perkataan Yesus itu. Sebab yang mereka lihat bahwa keadaan saat itu baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda penderitaan yang harus dialami, kalau pun ada mereka siap untuk memberikan segalanya bahkan bertaruh nyawa agar Sang Guru tidak menderita.
Bukankah hari itu adalah hari raya Paskah, di mana seluruh orang Israel merayakan tindakan penyelamatan Allah atas nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir. Sudah seharusnyalah mereka bersukacita dan tidak perlu memikirkan tentang penderitaan sebab Allah telah membebaskan umat-Nya dari semua itu.
Entah bagaimana para murid harus merayakan Paskah bersama saat itu. Perayaan yang harusnya dilakukan dengan sukacita namun Yesus mengawalinya dengan peringatan akan penderitaan yang akan Dia alami. Dan bagaimanakah kita harusnya memasuki masa Paskah saat ini, dengan gembira karena Tuhan sudah memberikan keselamatan kepada kita? Ataukah dengan sedih karena Yesus harus mengalami penderitaan dan kematian karena dosa-dosa kita? Sebab setelah malam perjamuan itu, Yesus sendiri akan merasa sangat menderita di Taman Getsemani, ditangkap, disangkali oleh Petrus, diadili, dihujat, diludahi, dipermainkan, bajunya diundi, dipakaikan mahkota duri, dicambuk, memikul salib, tangan dan kakinya di paku dan disalibkan, lambungnya akan ditikam, hingga mengalami kematian di tengah-tengah para penjahat.
Sudah selayaknya kita harus berduka dan bersedih oleh karena dosa, sebab dosa itu yang telah memisahkan kita dari Allah. Kita berdukacita sebab Anak Tunggal Allah harus menanggung hukuman karena dosa kita. Di saat yang sama kita juga harus beryukur dan bersukacita, karena pengorbanan Kristus itulah yang membuka jalan kembali untuk kita datang kepada Allah dan menerima pengampunan serta keselamatan dari-Nya. Itulah sebabnya Yesus pernah berkata (Mat. 5:5), “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”
Selamat merenungkan pengorbanan Kristus dalam minggu sengsara ini. Tuhan memberkati kita semua.