Hina atau mulia? Pertanyaan ini sebenarnya adalah sebuah pengakuan tentang siapa kita sebagai manusia. Dari awal bacaan kita sudah bisa memaknai bahwa pemazmur memberikan ungkapan tentang begitu besar kuasa dari Allah. Ungkapan dalam bentuk pujian yang dituliskan tersebut juga digunakan sebagai tanda bahwa pemazmur merendahkan dirinya kepada Allah. Pengakuan tentang begitu besarnya kuasa Tuhan juga dapat kita temukan dalam begitu banyak kisah di alkitab.
Mari kita fokuskan pada ayatnya yang ke 4-5 yang berkata “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” Ayat ini menyatakan bahwa manusia sebenarnya bukanlah apa-apa dibandingkan dengan segala sesuatu didalam dunia ini. Kita bukan apa-apa karena kita penuh dosa dan kesalahan, tetapi mengapa Tuhan menjadikan kita sebagai ciptaan yang special ?
Jawabannya adalah “Imago Dei”, karena kita diciptakan segambar dan serupa dengan Tuhan. Kita diberikan kesempatan untuk mengelola dunia ini, kita diberikan kesempatan untuk trial and error, kita diberikan kebebasan untuk melakukan berbagai hal, tetapi ada satu hal yang perlu kita ingat yaitu semua ini adalah milik Tuhan dan kita hanyalah manusia biasa. Oleh karena itu, kita perlu untuk terus berbenah diri, menyadari akan kesalahan kita, menyadari bahwa Tuhan adalah penolong bagi kita sehingga didalam hidup ini kita mampu untuk menjadi “imago dei” yang benar.
Pakailah seluruh kehidupan yang sudah Tuhan berikan kepada kita secara bijak karena bukan Hina atau Mulia yang menjadi pilihan tetapi kita harus menyadari bahwa sekalipun kita adalah makhluk yang mulia diantara yang lain, namun kita adalah manusia hina yang telah di tebus oleh Yesus Kristus. Hina atau mulia bukanlah opsi yang harus dipilih, tapi keduanya adalah hidup kita.
Salam Alkitab Untuk Semua