Ketika kepada orang-orang ditanyakan, "Hal apakah yang paling memberikan makna bagi kehidupanmu?" maka persahabatan menempati urutan teratas. Dinamika persahabatan masih merupakan hal yang misterius dan susah dinyatakan/didefinisikan. Seperti cinta yang romantis, persahabatan seringkali terjadi begitu saja. Riset terbaru menyatakan bahwa dinamika persahabatan tidaklah bersifat hitam putih melainkan merupakan nuansa diantara hitam dan putih, jauh lebih kompleks dibandingkan dengan hal-hal yang telah diketahui. Melalui proses yang rumit, sosiolog dan psikolog berhasil menjelaskan bahwa kekuatan yang menarik dan mengikat orang-orang dalam persahabatan dimulai dari perubahan dari sekedar kenalan lalu berkembang menjadi sahabat. Mereka berhasil merunut pola -pola keintiman yang beranjak dari pertemanan hingga berhasil sampai pada kesimpulan yang sukar dilukiskan mengenai "sesuatu" yang meningkatkan pertemanan menjadi sesuatu "yang terbaik yang dapat dibanggakan." Interaksi-interaksi itu berlangsung hanya dalam sekejap tapi mendalam. Inilah misteri sebuah persahabatan.
Demikian juga yang terjadi antara kita dengan Tuhan. “Kamu adalah sahabat-Ku jikalau kamu melakukan perintah-perintah-Ku.” demikian Yesus menyebut kita dalam Yohanes 15:14. Ada perjanjian dalam persahabatan dengan Allah. Perjanjian yang tidak mengikat dan tidak memaksa, namun jika kita melakukannya, maka Yesus juga mau menjadi sahabat kita dengan segala konsekuensinya; mati di kayu salib demi sahabat-sahabat-Nya! (Yohanes 15:13). Melalui kesetiaan kita mengikuti perintah-Nya, Yesus hendak melihat apakah kita bersedia menaikkan status pertemanan (sekadar kenal Tuhan) menjadi sahabat bagi Dia, terlibat secara penuh dalam karya-karya-Nya bagi umat manusia. Menjadi sahabat bagi semua orang sampai akhir.
Jika tahun ini Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) mengusung tema Natal “Hidup Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang”, dapat kita bayangkan tujuan dari tema ini adalah mengajak gereja-gereja menjadi sahabat bagi sesamanya. Berani berkorban dan setia bagi kebaikan umat Tuhan. Tentu ini merupakan tantangan tersendiri, karena menjadi sahabat bagi orang lain, sama sulitnya dengan mencari sahabat bagi diri kita sendiri. Pada kenyataannya, tidak sedikit orang Kristen dan gereja-gereja yang masih sibuk melayani orang-orang di dalam komunitasnya sendiri dan tidak berani ambil resiko dengan menjadi sahabat bagi sesamanya.
LAI dari sejak berdirinya sudah mengenal dan menggunakan istilah “Sahabat Alkitab”. Penggunaan istilah ini tentu bermaksud untuk menunjukkan bahwa LAI menghidupi nilai-nilai persahabatan yang tulus dengan semua orang. Sebutan sebagai “Sahabat Alkitab” diperuntukkan bagi gereja-gereja, lembaga-lembaga, komunitas-komunitas kristiani, maupun individu yang mau terlibat dan turut mengambil peran dalam menghadirkan Kabar Baik bagi semua orang. Sahabat Alkitab adalah orang-orang yang bersedia menjadi sahabat bagi orang lain, yang tinggal di perkotaan maupun di pedalaman yang membutuhkan sentuhan Firman Tuhan. Siapapun memiliki hak yang sama untuk memiliki, membaca, dan merasakan kehadiran Tuhan melalui Firman-Nya – dan mereka patut disebut sebagai Sahabat Alkitab LAI.
Pertanyaannya sekarang adalah, “Apakah sebagai sahabat, kita siap menanggung konsekuensinya?” Karena, Menjadi sahabat bukan sekedar soal "memberi", tetapi "mengalami” bersama. Menjadi Sahabat Alkitab, bukan soal membagikan Alkitab saja, tetapi turut menanggung pergumulan umat. Tidak juga sekedar mengajari mereka membaca dan menulis, tetapi berbagi pengalaman hidup yang saling menguatkan dan memberi harapan.
Bagaimana menjadi sahabat bagi sesama? Belajar dari pengalaman Yesus bersama murid-murid-Nya yang membangun persahabatan dengan “mengalami bersama” setiap peristiwa yang terjadi, maka baik bagi kita juga belajar menerima dan mengalami bersama setiap moment bersama orang-orang di sekitar kita.
Leonard Sweet, penulis buku ‘Injil menurut Starbuck’ , menggambarkan hubungan umat dengan gerejanya dengan sebuah pertanyaan, “Mengapa orang rela membeli kopi di Starbuck dg harga 5x harga kopi di coffee shop biasa?” Jawabnya, karena di Starbuck orang mendapatkan Experience, Participation, Image/Identity, Connected (EPIC). Apa itu EPIC? Gambaran sederhananya begini: Sahabat adalah orang yang bersedia dan ikhlas berjalan bersama, mengalami bersama dan memiliki pengalaman bersama dengan sahabatnya (Experience). Ia turut menanggung setiap peristiwa yang terjadi (Participation). Seorang sahabat akan merasa menjadi bagian didalam hubungan yang dekat dengan sahabatnya (Image/Identity), serta terhubung secara kontinyu/berkesinambungan dengan setiap anggota yang berada di dalamnya, maupun komunitas lain yang menjadi jejaringnya (Connected).
Persahabatan yang hidup adalah persahabatan yang dibangun di atas dasar dan semangat mengalami bersama, berjalan mersama, menanggung bersama, saling memiliki dan terus terhubung satu dengan yang lain. Allah menunjukkan Diri-Nya sebagai Sahabat yang baik bagi kita. Dia hadir dan mengalami bersama setiap peristiwa dalam hidup kita. Dia berjalan bersama dengan kita dalam suka maupun duka. Dia turut menanggung penderitaan dan kesukaan yang kita rasakan. Dia memiliki kita sepenuhnya dan menjaga untuk terus terhubung dengan kita melalui Anak-Nya dan melalui doa-doa kita.
Demikian juga jika kita ingin menjadi sahabat bagi semua orang, hendaknya kita dasari persahabatan kita dengan semangat yang sama. Gereja yang menjadi sahabat umat adalah gereja yang tidak hanya memberi harapan-harapan kosong, tetapi turut berjalan dan berjuang bersama umat. Menjadi Sahabat Alkitab LAI haruslah mendasari hidupnya dengan semangat yang sama. Tidak hanya membagi-bagikan Alkitab, tetapi juga mengalami bersama setiap pergumulan hidup sesama. Kita harus bisa menemukan sahabat dan menjadi sahabat yang bisa memberi nilai positif bagi semua orang: membangun, menguatkan dan membimbing kita kepada perjumpaan dengan Allah dan mengalami hidup baru di dalam Kristus. Karena, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Selamat menjadi sahabat bagi semua orang.
Pdt. Sri Yuliana, M.Th.