”Saya pergi ke gereja tetapi saya merasa ada sesuatu yang kurang dan hilang di dalam diri saya – ternyata karena karena saya tidak memiliki Alkitab,” kata Rosa Miudo, 49, seorang wanita dari suku Umbangala, Angola. Dan ketika tiba harinya Perjanjian Baru dalam bahasa Umbangala diluncurkan pada 12 Juni yang lalu, Rosa begitu bersukacita. Sambil memegang salinan Perjanjian Baru pertama dalam bahasanya, Umbangala. Dengan lantang dan penuh semangat ia membaca salah satu bagian dari Kitab Perjanjian Baru tersebut. ”Saya telah memimpikan kejadian ini selama bertahun-tahun!” ujarnya sambil tersenyum.
Rosa termasuk di antara lebih dari 500 orang yang berkumpul di sebuah sekolah di Komune Muxinda, Provinsi Lunda Norte di timur laut Angola, untuk menyambut hadirnya Kitab Suci yang baru. Di tengah meriahnya nyanyian dan tarian yang dibawakan oleh paduan suara dari berbagai gereja, ada momen yang mengharukan ketika barisan anak-anak melakukan prosesi, membawa salinan Perjanjian Baru dalam keranjang daun palem untuk diberkati dan dipersembahkan.
Warisan besar
“Banyak hal besar yang telah Tuhan lakukan bagi orang-orang Umbangala,” kata Pastor Magalhães Lumuanga, Presiden Majelis Dunia Gereja Bretheren. “Dan pada hari ini, satu lagi warisan besar yang diterima umat Tuhan, yaitu Perjanjian Baru Umbangala, akan membantu setiap orang Umbangala membaca Firman Tuhan dalam bahasa mereka sendiri.”
Banyak pembicara Umbangala yang hadir dalam peluncuran tersebut sangat tersentuh mendengar atau membaca Firman Tuhan dalam bahasa mereka untuk pertama kalinya. Seorang wanita tua, dengan penuh haru berlutut dan memuji Tuhan ketika sebuah bagian dari Kitab Suci dibacakan dengan lantang. Sementara seorang anak laki-laki, Jenilson, maju ke depan dan mulai membaca Perjanjian Baru, segera setelah dia diberikan satu buah Perjanjian Baru Umbangala tersebut. Jenilson mengatakan, sebelumnya ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk membaca buku dalam bahasanya sendiri.
”Senang rasanya membaca beberapa ayat – saya tahu Yesus berkata, ‘Biarkan anak-anak datang kepada saya’,” tambahnya. ”Saya berharap untuk belajar lebih banyak tentang isi dan cerita-cerita Alkitab.”
Meskipun hanya sekitar 700 km dari ibu kota negara, Luanda, butuh waktu lebih dari 11 jam bagi rombongan penerjemah dan perwakilan dari Lembaga Alkitab Angola untuk berkendara ke peluncuran di Muxinda. ”Rutenya kami lalui dengan sangat lambat karena jalanan yang berlubang, bukit-bukit pasir, dan banyak debu yang mengurangi jarak pandang pengemudi,” komentar Sekretaris Umum Lembaga Alkitab Beatriz Hupa.
Kemiskinan meluas
Kemiskinan tersebar luas di Provinsi Lunda Norte, di mana sebagian besar dari 400.000 penutur bahasa Umbangala tinggal. Kebanyakan orang Umbangala mencari nafkah sebagai pedagang kaki lima atau pedagang di pasar-pasar tradisional. Di tempat-tempat seperti Muxinda bahkan tidak ada aliran air minum ataupun listrik.
Tidak tersedianya Kitab Suci dalam bahasa Umbangala telah membuat gereja-gereja di sana mengalami kesulitan dalam mengabarkan Injil dan banyak umat Tuhan penutur bahasa Umbangala merasa dilupakan oleh gereja dan saudara-saudara seimannya di tempat lain. ”Sangat sulit bagi kami untuk memahami teks-teks Alkitab dalam bahasa Cokwe selama kebaktian gereja,” jelas Cristina Bartolomeu, 43. “Kami merasa sangat sedih karena bahasa lain digunakan dan dihargai, sementara bahasa Umbangala kami sendiri menghilang.”
Kemitraan Gereja-gereja
Tetapi pada tahun 2009, gereja-gereja dari berbagai denominasi, bersama dengan Lembaga Alkitab Angola, berkumpul untuk mulai menerjemahkan Perjanjian Baru. Injil Markus Umbangala terbit pada 2019, dan sekarang tiga tahun kemudian, Perjanjian Baru dalam bahasa Umbangala akhirnya terbit.
”Sekarang kita diperlengkapi dengan baik!” Cristina tersenyum, memegang salinan Perjanjian Barunya. “Kita tidak perlu lagi menggunakan Alkitab dalam bahasa yang kurang kita pahami dan yang tidak menyentuh hati kita. Ke mana pun kita pergi untuk menginjili, kita tidak akan mengalami kesulitan lagi.”
Sahabat Alkitab, kami mohon doanya agar hadirnya Perjanjian Baru Umbangala memberikan dampak yang baik bagi kehidupan umat Tuhan di sana. Sekarang Lembaga Alkitab dan gereja-gereja di sana tengah bersiap untuk melanjutkan pekerjaan penerjemahan Perjanjian Lama Umbangala. Mulai 2024, Lembaga Alkitab bekerja sama dengan gereja-gereja juga akan menyelenggarakan program literasi (pemberantasan buta aksara), untuk menolong umat Tuhan di Umbangala yang putus sekolah dan buta aksara agar mampu membaca dan menulis tingkat dasar.
Diterjemahkan secara bebas dari: ubscommunity.org