Kagawa: Orang Suci dari Shinkawa

Berita | 1 Agustus 2023

Kagawa: Orang Suci dari Shinkawa


 

Dia berangkat sebagai utusan Jepang ke Amerika Serikat untuk mencegah perang dunia di Pasifik. Dia hidup dan berkhotbah di antara pemulung, pencopet, pemabuk dan penjudi. Dia menjadi tukang kubur mayat bayi yang dibuang di tepi jalan. Dia dipenjarakan dengan tuduhan menjatuhkan wibawa pemerintah.Dia mengobati luka pelacur yang dipukuli germo. Dia menjadi seperti Kristus di lorong-lorong kumuh daerah hitam. Dia Toyohiko Kagawa. 

Kagawa lahir pada tahun 1888 dalam keluarga bangsawan Samurai yang memiliki perkebunan, pabrik dan tanah sewaan yang luas. Ayahnya adalah anggota Dewan Pertimbangan Agung, suatu kedudukan setingkat menteri dalam kabinet Jepang. Tetapi kedua orangtuanya meninggal ketika Kagawa berumur empat tahun. Lalu ia diasuh oleh nenek tiri dan pamannya.

Kagawa pertama kali mendengar nama Yesus di sekolah menengah. Ia sangat terpukau oleh diri dan ajaran Yesus. Berkali-kali dibacanya Khotbah di Bukit. Tidak lama kemudian ia hafal seluruh khotbah di Matius 5-7 itu. Terngiang terus ditelinganya ucapan Yesus, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.... Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga ...." Tiap malam Kagawa berdoa, "Tuhan, jadikan aku seperti Kristus." Pada usia 15 tahun ia dibaptis. Ia tahu apa resikonya. Ia dimarahi pamannya, diusir dari keluarga dan dicabut haknya dari warisan. 

Dengan beasiswa gereja, Kagawa masuk perguruan tinggi. Dalam dua tahun ia membaca semua buku yang ada di perpustakaan. Kawan-kawannya iri, dan guru-gurunya sering malu, sebab pengetahuan Kagawa melebihi guru-gurunya. Tetapi nilai ujian Kagawa sering buruk karena ia kurang memperhatikan apa yang diuraikan oleh guru.

Di perguruan tinggi Kagawa bukan hanya terpaku pada buku. la sering pergi ke perkampungan kumuh dan membagikan makanan yang diperolehnya di asrama. Pernah ia menampung seorang gelandangan di kamarnya. Akibat pergaulan dengan orang-orang di perkampungan kumuh, Kagawa terkena penyakit paru-paru. Selama setahun ia bergumul antara hidup dan mati di sebuah gubuk di dekat desa nelayan.

Setelah sembuh Kagawa masuk Sekolah Teologi Kobe. Di sini kembali tampak bahwa ia seorang genius. Di sini pun ia gelisah mencari perwujudan kehadiran Allah. Pada hari Natal tahun 1909 ia mengambil sebuah gerobak lalu mengangkut buku dan barang-barangnya dari asrama. Ke mana perginya? Ia pindah ke sebuah gubuk di pemukiman kumuh Shinkawa yang terkenal sebagai sarang penjahat.

Di situ Kagawa membuka pintu bagi siapa saja yang membutuhkan. Ada yang hanya satu malam, ada yang beberapa tahun. Ada penderita penyakit kudis, ada peminum arak yang kecanduan, ada seorang bekas napi yang tiap malam menjerit ketakutan melihat roh orang-orang yang dulu dibunuhnya, ada pula seorang wanita tua bekas pelacur dengan penyakit menahun. Memberi tempat bagi mereka berarti memberi ranjang, bantal dan selimutnya. Kagawa tidak pernah menolak. Uang saku yang diperolehnya tiap bulan dari sekolah teologi digunakan untuk menghidupi orang-orang ini.

Pada suatu hari seorang anak babak belur disiksa ibu tirinya.Kagawa mengambil anak yang sudah tinggal kulit dan tulang itu.Malam itu Kagawa tidur sambil mengusap-usap anak yang demam itu. Pada hari-hari berikutnya ia merawat anak itu, padahal ia sedang menghadapi ujian karya tulis di sekolah teologi.

Tiap hari Kagawa berkhotbah di perkampungan kumuh Shinkawa itu. Untuk anak-anak ia memberi pelajaran membaca, menulis, cerita Alkitab, bernyanyi, kebersihan dan kesehatan. Selama lima belas tahun Kagawa tinggal di perkampungan Shinkawa. Di sini ia menyelesaikan studi teologinya. Di sini ia mencari nafkah sebagai pembersih cerobong asap, pemulung dan lainnya. Di sini ia menikah dengan Maruko Shiba, putri bekas keluarga bangsawan yang turut mendampingi Kagawa dalam pelayanan ini sampai akhir hayat. Di sini pula mereka mempunyai tiga orang anak.

Harta benda Kagawa yang paling berharga di gubuk ini adalah rak buku terbuat dari kayu kasar bekas peti kaleng minyak. Di rak itu terdapat buku-buku teologi, sastra, ekonomi dan psikologi karya pengarang kelas wahid. Pagi-pagi sekali Kagawa sudah membaca dan bermeditasi. Ia menulis, "Doa dini hari, ditemani bintang pagi, membawa berkat yang paling agung bagi jiwa. Yesus juga senang pada saat-saat sebelum fajar. Semoga aku tetap jadi putra fajar." Malam hari Kagawa membaca lagi. Ia berkata, "Tidak ada kesenangan yang dapat dibandingkan dengan yang ini saat kita sendirian, hanya ditemani oleh cahaya yang tenang, menikmati sebuah buku sampai jauh malam... dalam kesunyian bercakap-cakap dengan pengarang kesayangan," 

Dari gubuknya di Shinkawa ini pula Kagawa membela nasib kaum buruh pelabuhan Kobe. Ia berseru kepada para majikan agar menghargai buruh sebagai individu dengan harga diri dan agar buruh diikutsertakan dalam penentuan kebijakan. Ketika 30,000 buruh galangan kapal Kawasaki dan Mitsubishi mogok, mereka meminta Kagawa menjadi pemimpin mereka. Kagawa bersedia dengan syarat agar buruh tidak menggunakan kekerasan atau perusakan apa pun. Begitulah Kagawa mendirikan serikat buruh yang pertama di Jepang, walaupun akibatnya ia dipenjara selama beberapa bulan. 

Pekerjaan Kagawa kemudian berskala besar. Ia mendirikan beberapa panti asuhan. Ia membuat gerakan Kerajaan Allah, yaitu upaya terorganisasi untuk mengabarkan Injil dan memperbaiki taraf hidup di 12.000 desa dan memasuki kehidupan golongan yang sejauh ini belum disentuh oleh gereja seperti petani, nelayan, buruh tambang, supir truk, kuli bangunan. Ia mendirikan koperasi. Ia mengarang puluhan buku yang menjadi buku-laris dan digemari oleh petani sampai perdana menteri. Berkali-kali ia mengajukan protes kepada Angkatan Bersenjata Jepang atas agresinya. Bersama dengan Mahatma Gandhi dan Albert Einstein ia membuat pernyataan melawan peraturan wajib militer. Ia membuat gerakan anti alkohol dan anti rokok. Ia berhasil meyakinkan pemerintah untuk membuat undang-undang perburuhan. Ia berhasil menjadikan pemerintah membangun ratusan ribu rumah sangat sederhana untuk keluarga berpenghasilan rendah. Gereja di Norwegia, Cina, Australia dan Amerika Serikat mengundangnya berbagi pengalaman.

Karya hidup Kagawa terlalu banyak untuk dicatat di sini. Namun yang membekas dalam hati banyak orang bukanlah Kagawa sebagai tokoh besar, melainkan Kagawa sebagai orang suci dari Shinkawa. Yaitu Kagawa yang memberi selimut satu-satunya kepada seorang pengemis di malam yang sangat dingin. Kagawa yang dipukul babak belur oleh beberapa penjudi yang memerasnya. Kagawa yang mendamaikan dua orang pemabuk yang hampir saling bacok. Kagawa yang memeluk seorang anak yang menangis di depan ibunya yang terkapar karena kusta. Kagawa yang mencampur mangkok nasinya dengan air sepanci supaya nasi yang hanya satu mangkok itu bisa menjadi lima mangkok bubur encer untuk lima orang. Kagawa yang melakukan semua ini dengan mata 70% buta sejak ia tertular trachoma. Kagawa yang melakukan semua ini dengan kepala tertunduk. Kagawa melakukan semua ini untuk Kristus:

Kristus ada di tengah-tengah orang yang hina.

la duduk bersama-sama dengan narapidana.

Ia berdiri di depan pintu dengan orang-orang yang meminta sepotong roti.

Kristus berbaring di antara orang-orang sakit.

Ia berdiri di barisan penganggur yang antri di depan kantor penyalur tenaga kerja.

Sebab itu, siapa yang mau ketemu Kristus 

hendaklah ia mengunjungi sel penjara sebelum ia pergi ke gereja.

Sebelum orang berdoa, hendaklah ia mengunjungi bangsal rumah sakit.

Sebelum orang membaca Alkitab,hendaklah ia memberi makan orang yang lapar.

Jika orang sibuk membaca Alkitab, 

tetapi tidak menolong yang kecil, lemah dan tersingkir,

ia tidak menemukan Kristus.

Kristus bisa ditemui di antara kuli-kuli,

Kristus ada di antara orang yang diliciki,

Kristus ada di antara orang yang tua renta,

Kristus ada di antara orang yang dilupakan,

Kristus adalah orang yang bisa kita bantu.

 

Dikutip dari: 

Selamat Melayani Tuhan, 33 Renungan Tentang Pelayanan. Andar Ismail. BPK Gunung Mulia. 2008. 

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia