Pada tanggal 28 Juni hingga 1 Juli 2024, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) perwakilan Jayapura sukses menyelenggarakan Jambore Anak di Rindam XII/Cenderawasih, Ifar Gunung, Sentani. Acara ini dihadiri oleh 240 anak-anak dari berbagai gereja di Jayapura dan sekitarnya, termasuk Gereja Kristen Injili di Tanah Papua, Gereja Kristen Oikumene, dan Gereja Bethel Indonesia.
Lokasi Ifar Gunung, yang saat ini digunakan sebagai markas Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) Kodam XVII/Cenderawasih, menawarkan suasana yang sejuk pada pagi hingga sore hari, dan dingin pada malam hari. Tempat ini memiliki nilai historis yang tinggi, karena pernah menjadi markas besar Jenderal Douglas MacArthur selama Perang Pasifik. Kehadiran anak-anak di tempat yang sarat sejarah ini menjadi bagian penting dari upaya mengajarkan sejarah dan nilai-nilai nasionalisme kepada generasi muda.
Tema Jambore Anak kali ini adalah “Kitong Berakar dan Bertumbuh deng Alkitab,” yang menekankan pentingnya anak-anak untuk mendalami kasih dan kisah-kisah dalam Alkitab serta mengenal budaya lokal. Dalam sambutannya, ketua panitia Drs. Elia Loupatty, MM., menekankan bahwa anak-anak adalah "Agen Transmisi" yang efektif dalam menyebarkan nilai-nilai positif. Ia berharap acara ini dapat meningkatkan keimanan, karakter, dan pemahaman budaya anak-anak, mengingat Papua adalah wilayah yang kaya akan sumber daya alam dan kebudayaan yang beragam.
Kegiatan jambore ini tidak hanya dilakukan di dalam ruangan, tetapi juga di luar ruangan untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas peserta. Salah satu pendekatan unik yang digunakan adalah dengan menggabungkan anak-anak dalam kelompok-kelompok tanpa memandang asal gereja mereka, sehingga tercipta persekutuan yang harmonis dan kreatif. Dalam setiap sesi, anak-anak diajak untuk aktif berpartisipasi, baik dalam diskusi maupun aktivitas praktis seperti ceramah, diskusi kelompok, dan kegiatan luar ruangan.
Materi yang disampaikan selama acara mencakup berbagai topik, mulai dari pemahaman tentang isi Alkitab hingga isu-isu sosial yang relevan bagi kaum muda, seperti penggunaan ponsel untuk tujuan positif. Selain itu, ada juga kegiatan lapangan yang mencakup wisata edukatif, yang memungkinkan anak-anak belajar sambil berekreasi.
Pdt. Henky Liemena, salah satu narasumber, memuji pelaksanaan acara ini meskipun dalam waktu singkat. Menurutnya, kehadiran anak-anak dari empat provinsi merupakan pencapaian luar biasa. "Acara yang dikemas sederhana tapi bermakna ini tidak hanya membangun spiritualitas, tetapi juga intelektual dan ketahanan fisik. Panitia yang sedikit namun bekerja luar biasa berhasil mengemas acara ini dengan baik," ujar Pdt. Henky.
Salah satu hal yang menarik perhatian peserta adalah penggunaan metode "Object Lesson" dalam menyampaikan materi. Metode ini membantu anak-anak memahami konsep-konsep abstrak dengan cara yang konkret dan visual. Akibatnya, anak-anak menjadi tidak jenuh, tetapi justru aktif dan bersemangat untuk berpartisipasi dalam setiap sesi.
Acara Jambore Anak ini menjadi bukti nyata bahwa meskipun dengan keterbatasan sumber daya, sebuah kegiatan yang sarat makna dapat diselenggarakan dengan baik. Anak-anak yang hadir tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga pengalaman berharga yang akan membentuk karakter dan kepribadian mereka di masa depan. Dengan segala kegiatan yang dirancang, acara ini sukses memberikan inspirasi dan harapan baru bagi generasi muda Papua.(perlando)