Pertemuan Tahunan 2025 yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) berlangsung pada Kamis, 13 Februari 2025, di Gedung Pusat Alkitab, Salemba. Acara ini dihadiri oleh 56 mitra yang terdiri dari Kelompok Kerja Penggalangan Dukungan (KKPD), Koordinator Satu Dalam Kasih, dan Sahabat Alkitab.
Pelayan Firman dalam acara ini dibawakan oleh Pdt. Yoel Indrasmoro, yang mengupas Spiritualitas Alkitab berdasarkan Kitab Amsal 8:34-36. Dalam khotbahnya, Pdt. Yoel menekankan pentingnya kesabaran dan hikmat Allah dalam menghadapi persoalan hidup. "Kalau kita perhatikan Amsal 8 tadi, dikatakan sabar, menunggu di depan pintu. Menunggu pintu dibuka. Menunggu mendengarkan hikmat. Karena hikmat Allah yang sungguh-sungguh dari Allah akan menolong manusia untuk memandang kehidupannya sendiri melalui sudut pandang Allah," ujarnya.
Pdt. Yoel juga menyoroti persoalan Indonesia yang menurutnya terjadi karena banyak orang tidak melihat masalah dari sudut pandang Allah. "Inilah kehendak Allah. Itulah yang semestinya diutamakan. Ketika orang dimampukan untuk mencari kehendak Allah, maka yang terjadi adalah bijaksana, adil, dan jujur," tambahnya. Ia mengajak peserta untuk merefleksikan tujuan mereka hadir dalam pertemuan ini. "Ngapain kita di sini? Jawabannya sederhana: mari membuat orang juga berbahagia. Saya rasa panggilan kita adalah membuat semua orang berbahagia," tegasnya.
Motto "Alkitab untuk Semua" menjadi fokus utama dalam pertemuan ini. Pdt. Yoel menegaskan bahwa Alkitab tidak hanya untuk segelintir orang, tetapi untuk semua generasi. "Alkitab tidak hanya untuk saya, tetapi Alkitab untuk semua. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk memungkinkan Alkitab tersedia untuk semua," ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya kemitraan dalam mewujudkan visi ini. "Kalimat motto 'Alkitab untuk Semua' memperlihatkan dengan jelas bahwa tidak mungkin kita sendirian. Kalau memang Alkitab untuk semua, maka semestinya semua orang mengupayakan Alkitab untuk semua," paparnya.
Henriette T. Lebang, Ketua Umum LAI, menyampaikan apresiasi kepada para mitra yang telah mendukung program LAI. "LAI memungkinkan pendeta-pendeta yang ada di daerah terpencil untuk memiliki Alkitab. Mitra-mitra LAI yang masuk dalam wadah KKPD tidak hanya sebagai speaker perpanjangan berita-berita dari LAI, tapi juga perpanjangan hati Tuhan yang mau menyentuh setiap orang dengan firman-Nya," ungkapnya.
Henriette juga menyoroti tantangan polikrisis yang dihadapi Indonesia saat ini. "Polikrisis adalah istilah yang menggambarkan kondisi ketika beberapa krisis terjadi secara bersamaan dan saling terkait. Kita dihadapkan pada tantangan ini sambil melihat arah perkembangan gereja ke depan dan arah anak-anak muda ke depan. Di sinilah peran Firman Tuhan, hikmat Allah, untuk menolong kita mengetahui kehendak Allah," jelasnya.
Pertemuan ini juga menjadi momen untuk memperkuat komitmen penggalangan dana sebagai bentuk persekutuan iman. "Penggalangan dana pada hemat saya adalah persekutuan iman. Kita mungkin tidak kenal siapa saja yang terlibat dalam penggalangan dana. Penggalangan dana biasanya dan mesti didahului dengan doa. Ini bukan proyek kita, ini bukan proyek LAI, ini proyek Tuhan. Ini karya Allah," tegas Pdt. Yoel.
Dengan semangat kolaborasi dan keyakinan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, Pertemuan Tahunan 2025 menutup acara dengan harapan baru untuk mewujudkan "Alkitab untuk Semua" dalam menghadapi tantangan zaman. "Bagian kita adalah bergandengan tangan mengajak orang untuk terlibat dalam pekerjaan Allah dan membahagiakan semua orang," pungkas Pdt. Yoel.