Merengkuh Salib-Nya

Berita | 18 April 2025

Merengkuh Salib-Nya


YOHANES 18:1-40 , YOHANES 19:1-42  

 

Meretas Makna Salib

Saat ini salib telah menjadi simbol yang banyak dikenal oleh orang-orang di seluruh dunia. Saat melihat salib, seseorang membayangkan sebuah institusi religius yakni gereja dan kekristenan. Seringkali tidak ada pemaknaan personal atas salib, padahal sebuah simbol hanyalah penanda yang berdampak saat subyek yang melihatnya memahami betul makna dibaliknya. Bagi pengikut Kristus, salib lebih dari sekedar penanda suatu agama, melainkan pernyataan kasih Tuhan yang teranyam secara nyata dalam sejarah umat manusia. Simbol yang tadinya menandai penghukuman keji dan dipakai oleh kekaisaran Romawi untuk menindas serta menyatakan kedigdayaannya, kini berubah maknanya menjadi ungkapan pengorbanan serta kehendak Tuhan untuk menyelamatkan dunia.

 

Sebagai umat Tuhan,seharusnya kita senantiasa diingatkan akan makna salib. Momen yang tepat untuk menghayati kembali hal tersebut adalah melalui momen Jumat Agung. Kematian Kristus diingat, dihayati, direfleksikan, dan dirayakan. Kita tidak cepat-cepat berlalu kepada saat kebangkitan-Nya di hari Minggu, melainkan boleh mencerna dengan baik kesedihan Kristus dan sengsara-Nya yang berujung pada kematian. Jumat agung hendak mengajarkan kita bahwa tanpa kematian-Nya tidak mungkin ada kebangkitan. 

 

Solidaritas Allah dalam Salib

Bacaan kita kali ini sangatlah panjang. Sebuah pembabakan dalam bentuk episode penceritaan mulai dari Yesus ditangkap hingga pada kematian-Nya. Banyak hal dapat digali dari peristiwa-peristiwa tersebut. Namun satu makna yang mencuat adalah kemanusiaan Yesus tengah diuji dengan seberat-beratnya. Ia harus mengalami beragam rasa dan pengalaman indrawi yang tidak mengenakkan. Takut, sedih, cemas, hingga derita fisik akibat beragam aniaya yang diterima-Nya. Seolah-olah menegaskan bahwa pengalaman kebertubuhan-Nya adalah sebuah kenyataan yang membuat-Nya menjadi sama seperti manusia. Dalam tubuh yang akan dilukai itu kita mendapati sebuah perasaan senasib sepenanggungan akan realitas kehidupan manusia di sepanjang zaman yang seringkali juga berjumpa dengan beragam luka dan derita.

 

Meskipun demikian Yesus tidak menggadaikan nilai dan jati diri-Nya untuk memperoleh keringanan. Ia tetaplah Sang Sumber Kasih yang mewartakan kasih-Nya dalam kelembutan tetapi juga tidak ragu menyatakan keadilan ilahi dalam situasi yang membutuhkan ketegasan bersikap. Lihatlah saat hendak ditangkap di taman seberang sungai Kidron, tetaplah keselamatan para murid yang menjadi perhatian utama bukan diri-Nya sendiri. Dengan tegas Yesus menyatakan jati diri-Nya untuk menegaskan bahwa Ia tidak pernah merasa terpojok karena memang segala proses menuju salib adalah yang dikehendaki-Nya. Namun satu yang Tuhan minta, agar para murid-Nya tidak ditangkap dan mengalami hal yang sama dengan-Nya (Yohanes 18: 8).

 

Mulailah babak penderitaan-Nya. Ia diperhadapkan pada mahkamah agama yang memang telah merencanakan semua intrik untuk menjebak-Nya. Tepat disaat itulah Petrus yang tadinya terlihat begitu reaktif menentang penangkapan Yesus, justru dengan lantang menyangkal Sang Guru. Sungguh ironis dan menyedihkan. Menyingkapkan jati diri manusia yang bergelimang dosa. Kita lari dari kebenaran dan hal benar yang seharusnya dilakukan.

 

Yesus dihadapkan kepada Pilatus untuk menjalani persidangan yang penuh intrik dan ketidakadilan bahkan menyalahi beragam prosedur persidangan kekaisaran Romawi. Hasil sidang dapat ditebak karena keputusan yang tidak dibuat berdasarkan fakta melainkan tuntutan khalayak ramai. Yesus tetap berdiri dengan berani menjawab semua retorika Pilatus dan membalikannya untuk menyatakan jati diri Sang Kristus bahkan saat Pilatus bertanya apakah Yesus seorang raja. Babak ini kemudian dilanjutkan dengan penghinaan, penyiksaan dan berujung pada penyaliban-Nya. Injil Yohanes menggambarkan rentetan peristiwa ini dengan dramatis. Ejekan-ejekan kepada-Nya dipertontonkan bahkan Injil Yohanes menambahkan keterangan mengenai lambung Yesus yang ditikam tombak oleh seorang prajurit (Yohanes 19:34).  Penikaman lambung ini untuk menggarisbawahi bahwa Yesus benar-benar mati di atas kayu salib. Reaksi tubuh-Nya yang ditikam itu adalah reaksi wajar tubuh manusia pada umumnya. Ia benar-benar wafat di atas salib.

 

Orang-orang pada saat itu mungkin bertanya apakah makna dari penyaliban Yesus? Apakah Ia benar-benar telah berakhir? Namun dalam kenyataan iman yang terus berlanjut,  terbukti bahwa salib itu dalam kehendak Allah melalui Kristus justru diubah menjadi kemenangan. Ia justru membuktikan kasih-Nya melalui pengurbanan di atas salib. Derita itu ditanggung-Nya agar manusia memiliki pilihan hidup baru dan tidak harus menanggung hukuman maut sebagai konsekuensi dari dosa. Tindakan penghinaan yang diterima Yesus hingga kematian-Nya, menjadi pintu masuk bagi penegasan iman kita bahwa tahapan dan ruang baru yakni kisah Allah melalui Kristus menunjukkan solidaritasnya kepada kita.

 

Itu berarti dibalik segala derita dan arus deras kehidupan, Tuhan bersama dengan kita dan memahami setiap gumul juang kita. Ia menyediakan pengharapan atas kehidupan melalui kematian yang dikalahkan-Nya melalui kebangkitan. Penyaliban bukanlah akhir bagi orang percaya melainkan awal dari pengharapan dan pernyataan kemuliaan Tuhan atas semesta. Tidak ada kuasa yang dapat menahan kasih-Nya. Maut pun tidak dapat menghentikan bahasa kasih Allah kepada semesta. Hal ini harus terjadi supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh keselamatan dan mendapatkan hidup yang kekal (Yohanes 3:16). 

 

Pertanyaan Reflektif

Sudahkah kita menghayati wafat dan pengurbanan-Nya dengan sungguh, menjalani kehidupan sebaik-baiknya seturut dengan keteladanan Sang Kristus?

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia