Satu Dalam Kasih di Sumba Barat Daya, NTT
“Saat ini, jemaat kami memiliki persoalan tentang krisis iman, dengan hadirnya Alkitab ini, kami mendapatkan “senjata” yang bisa kami pakai untuk melakukan pelayanan dan mengenalkan betapa baiknya Tuhan Yesus, sehingga banyak orang dapat bertobat dan kembali kepada jalan yang dikehendaki Kristus,” demikian tutur Yohanes Ndaraponda, seorang penatua dari Gereja Kristen Sumba (GKS), saat menyambut kehadiran Alkitab dan bacaan-bacaan rohani anak yang hadir di tengah-tengah mereka melalui Program Satu Dalam Kasih (SDK) LAI.
Pagi hari 7 Oktober 2025, perjalanan pelayanan dimulai. Tim SDK LAI terbang dari Jakarta menuju Sumba Barat Daya, membawa amanat yang suci, membagikan Alkitab dan bacaan anak-anak hasil dukungan dari para mitra Lembaga Alkitab Indonesia.Sebanyak 38.000 eksemplar Alkitab dan bagian-bagiannya siap untuk dibagikan kepada berbagai gereja di daerah itu.
Daerah sasaran terletak di pinggiran kabupaten, jauh dari hiruk-pikuk kota. Jalan yang ditempuh sebagian besar melewati tepian pantai dengan jalur yang belum beraspal, berdebu, dan bergelombang. Namun langkah tim tak surut, karena di setiap kilometer perjalanan itu, ada hati yang menanti firman Tuhan.
Dalam perjalanan itu, tim didampingi oleh Pdt. Irene Takandjanji, Ketua Majelis Jemaat GKS Mata, sekaligus Kepala Perwakilan Sinode GKS wilayah Sumba Barat Daya bersama dengan tim dari GKS Sumba Barat Daya. Perjalanan ini bukan sekadar misi distribusi, melainkan ziarah kasih untuk membawa terang firman Tuhan ke rumah-rumah yang haus akan firman kehidupan.
Ada sebuah kisah yang begitu mengharukan terjadi di sebuah dusun sederhana di antara perbukitan. Sebuah keluarga menerima Alkitab yang diberikan dengan tangan bergetar. Wajah mereka menunjukkan keterkejutan dan haru. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa mereka akan menerima Alkitab secara cuma-cuma. Mereka memeluknya erat, seolah memegang harta yang paling berharga di dunia. Air mata mengalir, bukan karena sedih, melainkan karena rasa syukur yang tak terucap.
Seorang bapak lain, sebut saja namanya Mario, demikian bersyukur menyambut hadirnya Alkitab. “Melalui Alkitab yang diberikan ini saya dapat belajar lebih jauh tentang firman Tuhan, karena inilah firman yang saya pegang,”kata Pak Mario. Beberapa waktu ini hidupnya dirundung duka. Istri dan anak sulungnya lebih dahulu dipanggil Tuhan. Di tengah kesepian dan kesederhanaan hidup, ia tetap teguh berpegang pada firman Tuhan yang menjadi penghiburan sejati dalam setiap tetes air matanya.
Rumah tempat tinggal Pak Mario begitu sederhana — berdinding kayu, beratap seng, tingginya hanya dua meter dari lantai. Halaman kecil di depan rumahnya menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi istri dan anak yang dikasihinya. Dari rumah yang kecil itulah, firman Tuhan terus menyala. Olehnya iman tumbuh, bukan dari kemewahan, melainkan dari pengharapan yang murni kepada Tuhan.
Kisah Bapak Yohanes dan keluarga-keluarga sederhana di Sumba Barat Daya meninggalkan jejak yang dalam bagi kami. Sepanjang perjalanan lima hari, hingga 12 Oktober, kami menyadari bahwa setiap Alkitab yang dibagikan bukan sekadar buku, melainkan kehidupan. Napas baru bagi jiwa yang haus akan kasih Allah.
Sumba Barat Daya hanyalah satu dari sekian banyak tempat di Indonesia yang menantikan hadirnya firman Tuhan. Masih banyak daerah lain yang menyimpan kisah serupa. Yaitu kisah orang-orang yang menanti, berjuang dan terus bermimpi agar firman Tuhan segera hadir di tengah mereka. Ini bukan hanya kisah mereka tapi juga kita semua yang yang meyakini bahwa firman itu memiliki kekuatan untuk menguatkan dan menghubahkan hidup banyak orang.
Selama masih ada yang belum memiliki firman itu, perjalanan Satu Dalam Kasih belum selesai. Selama itu pula kita terus dipanggil untuk peduli, berbagi, dan membawa firman Tuhan sampai ke pelosok-pelosok negeri. Agar tanda-tanda Kerajaan Allah hadir dan mengakar di bumi pertiwi.(ady)
























