Dua hari saya di Singapura, 5-6 Juli 2019, dalam rangka mengikuti puncak acara 108 tahun Lembaga Alkitab Singapura (Bible Society Singapore) dalam bentuk BSS Bible Mission Banquet 2019. Acara dikemas sangat rapi dengan menampilkan berbagai tayangan video tentang pelayanan Alkitab di Singapura, Malaysia, Myanmar, Israel, Bangladesh, Mongolia, Nepal, dan Indonesia. Juga menampilkan gerakan fundraising untuk mendukung layanan lembaga-lembaga Alkitab yang programnya ditayangan dalam video presentasi di atas.
Ada juga beberapa penghargaan yang diberikan kepada para Mitra Lembaga Alkitab Singapura yang telah berkontribusi signifikan dan mendukung pekerjaan dan pelayanan Lembaga Alkitab Singapura. Acara ini dimeriahkan oleh persembahan orkestra yang membawakan lagu-lagu pujian dengan sangat indah.
Beberapa sambutan disampaikan oleh General Secretary of BSS, para mitra utama, General Director of UBS dan diakhiri sambutan oleh Menteri Perdagangan dan Industri Singapura yang berpidato tanpa teksnya sangat menyentuh, karena dia menyebut pembangunan negara Singapura selalu diinspirasi oleh nilai-nilai Alkitab dan untuk itu dia mengajak selalu bersyukur kepadaNya.
Ada juga renungan apik dengan tema "Hope to the Nations" yang menekankan kepada pengharapan untuk membagi nilai-nilai ilahi kepada segala bangsa.
Semua rangkaian acara di atas saya menyebutnya dengan dua kata, yaitu "ministry Banquet" karena sesungguhnya semua sinergi dibangun untuk pelayanan dan kesaksian bersama.
Lalu apa manfaat bagi LAI? Pertama, memperkuat solidaritas serumpun dimana Lembaga Alkitab Singapura terus berupaya melakukan ministry ke Indonesia dengan berbagai bentuk, baik langsung maupun tidak langsung yang sangat mendukung keberadaan layanan LAI.
Kedua, mendapatkan inspirasi berbagai bentuk program Bible engagement, advocacy dan ministry yang dilakukan sobat-sobat lembaga Alkitab di Asia dan Israel. Sungguh sangat memperkaya ide dan Benchmark program.
Ketiga, mendapatkan contoh konkret bentuk, isi dan kemasan "event fundraising" yang sangat dapat dilakukan di Indonesia. Momen ini harus dilokalkan dengan berbagai sentuhan khas budaya Indonesia agar lebih menyentuh dan menggerakkan para mitra kerja LAI.
Keempat, mendorong LAI untuk memperkuat hubungan yang kuat dengan pemerintah sebagai bagian dari lembaga pembawa mandat negara di bidang pembangunan mental spiritual warga negara, pelestari bahasa-bahasa daerah dan meningkatkan literasi warganegara.
Kelima, mendorong LAI untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya agar lebih mampu menunjukkan solidaritas melalui berbagai dukungan riil. Saatnya memberi lebih banyak kepada bangsa lain, bukan hanya menerima.
Terakhir, penguatan persekutuan diantara Gereja dan lembaga-lembaga Alkitab di wilayah Asia selalu memberikan dampak positif terhadap kemitraan yang saling memberdayakan.
Sigit Triyono (Sekum LAI)
Salam Alkitab Untuk Semua.