JUMAT AGUNG: Kenapa Kerajaan-Nya Lemah?

Berita | 15 April 2022

JUMAT AGUNG: Kenapa Kerajaan-Nya Lemah?


Yohanes 18:33-40, 19:1-8, 17-22, 28-30

Judul renungan ini mungkin cukup mengganggu bagi sebagian orang. Atau mungkin, judul ini juga mengganggu anda? Sekilas, judul ini memang terkesan bertentangan dengan kuasa Sang Allah, seolah-olah kerajaan-Nya memang layak untuk dipertanyakan kekuasaannya. Namun, hal ini memang menjadi relevan dengan percakapan antara Yesus dengan Pilatus yang memuncak pada peristiwa kematian Yesus di kayu salib. Terdapat beberapa hal yang membuat kematian Yesus memang menjadi sebuah penanda untuk mempertanyakan kuasa-Nya dan kuasa kerajaan-Nya. Misalnya, pada Yoh. 19:30 tertuliskan bahwa Ia menyerahkan nyawa-Nya sebagai tanda kematian-Nya di kayu salib. Namun, pada Yoh. 19:20, Pilatus memberikan perintah agar mempertontonkan identitas Yesus Kristus kepada rakyat di Yerusalem melalui papan yang bertuliskan, “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” (Lat. Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum; Ibr. Yeshua HaNazarei v Melech HaYehudim; Yun. Iesous ho Nazoraios ho Basileus ton Ioudaion). Perintah Pilatus untuk memasangkan papan tersebut mungkin terkesan sebagai bentuk penegasan tentang identitas Yesus Kristus yang mati sebagai raja dan memberikan keselamatan dengan kuasa-Nya. Namun, apakah benar demikian, bahwa papan identitas Yesus dan kematian-Nya merupakan penegasan akan identitas ‘raja’ dan kuasa kerajaan-Nya?

Pilatus sudah mengalami beberapa dilema sejak awal pertemuannya dengan Yesus. Dilema pertama yang Pilatus alami adalah dalam persoalan hukum yang datang kepadanya terkait laporan para pemimpin agama Yahudi mengenai Yesus. Nampaknya, Pilatus memang tidak ingin mengurusi laporan tersebut. Itulah sebabnya, pada ayat 31 Pilatus berkata, “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.” Namun, desakan dari para pemimpin agama Yahudi membuat posisi Pilatus semakin terpojok secara politis. Inilah dilema kedua yang Pilatus alami. Hal ini semakin dibuktikan pada Yoh. 19:12 ketika orang-orang Yahudi berkata kepadanya, “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.” Itulah sebabnya, Pilatus melontarkan sebuah pertanyaan yang akan menolongnya menentukan sikap terhadap kasusu Yesus tersebut.

 “Engkau inikah raja orang Yahudi?” bukanlah sebuah pertanyaan untuk menegaskan identitas dan pengenalan personal Pilatus terhadap Yesus, melainkan untuk memudahkan ia mengambil keputusan terkait laporan para pemimpin agama Yahudi. Bahkan, dapat disimpulkan bahwa ini merupakan sebuah pertanyaan politis untuk ‘menjebak’ Yesus. Namun, alih-alih mendapatkan alasan yang kuat untuk menetapkan keputusan terhadap kasus Yesus, Pilatus justru semakin dibingungkan oleh jawaban yang diberikan Yesus kepadanya. Yesus bertanya, “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Jawaban sekaligus pertanyaan dari Yesus tersebut menjadi garis pembeda antara pemahaman yang melatarbelakangi pertanyaan Pilatus dengan pemahaman yang melatarbelakangi jawaban Yesus.

Pertanyaan yang diberikan Pilatus bersifat politis, sedangkan jawaban Yesus bersifat holistik. Kerajaan (Yun.  βασιλεία, basileia) bagi Pilatus lebih merujuk kepada bentuk pemerintahan dan kekuasaan politik, sama seperti dengan kekuasaan yang ia miliki sebagai gubernur. Namun, kerajaan bagi Yesus lebih merujuk kepada nilai-nilai hidup yang mewujud dalam aktivitas keseharian. Jawaban Yesus menunjukkan sebuah perluasan dan pendalaman makna tentang beriman kepada Allah. Ini berarti, setiap manusia yang mengakui kedaulatan Yesus sebagai Raja, perlu menyadari bahwa ia telah mengambil bagian sebagai warga kerajaan Allah. Keanggotaan itu bukanlah sesuatu yang bersifat politis, bukan pula memberikan kuasa lebih dibanding yang lain, melainkan telah menjadi peluang untuk mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah di dalam segala bentuk kesehariannya. Namun, semua itu hanya dapat terjadi ketika umat memiliki pengenalan dan pemaknaan yang tulus untuk berkata, “Yesus, Engkaulah Raja Kehidupan!”.

Perbedaan perspektif antara Pilatus dengan Yesus mengenai basileia dalam dialog ini pun menjadi sebuah bahan refleksi yang dapat menolong kita untuk mengalami peristiwa kasih di hari Jumat Agung. Inilah hari dimana kita bukan sekedar memperingati, namun juga meninjau ulang pemahaman serta pemaknaan tindakan kasih Allah yang tak terlampaui itu. Inilah hari dimana kita melihat bagaimana Yesus dengan ketulusan-Nya telah memberikan kita pengalaman yang tak terlampaui mengenai arti hidup bersama dan di dalam Allah. Inilah hari dimana kita melihat bagaimana Allah bersedia menerima kematian di dalam Diri-Nya dan Jumat Agung menjadi sebuah peristiwa yang sudah cukup membuktikan betapa besar kerinduan Allah untuk merengkuh kita ke dalam kemuliaan-Nya. Pertanyaannya bagi kita adalah, “apakah saya sudah cukup mengenal Yesus dan kerajaan-Nya?”

Sahabat Alkitab, pada hari ini kita semua mendapatkan undangan untuk berkaca pada peristiwa kematian Yesus dan membangun pengenalan yang semakin intim tentang Dia dan nilai-nilai kerajaan Allah. Jangan biarkan kita terlena dalam rutinitas ritus yang justru hanya bersifat formalistik. 

 

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia