Penyalahgunaan kekuasaan merupakan persoalan yang sudah ada sejak dahulu. Masalah yang sama juga menjadi pergumulan Yehezkiel pada zaman pembuangan. Terus terang saja, kesalahan bangsa Israel kala itu begitu besar sehingga hukuman pantas mereka terima.
Pemimpin Israel semestinya menjalankan tanggung jawab sebagai gembala bagi domba-domba milik Tuhan. Namun, kerakusan mereka membuat mereka abai terhadap tugas itu.
Alih-alih menyejahterakan, mereka memperlakukan bangsanya dengan kejam (ayat 4). Penderitaan leluhur mereka ketika diperbudak di Mesir (Kel. 1:13-14) ternyata juga dialami oleh mereka. Ironisnya, mereka ditindas oleh bangsanya sendiri, sementara pemimpin peduli dengan hak saja, tetapi tidak dengan kewajiban. Gembala yang baik memelihara domba-dombanya, tetapi pemimpin Israel juga imam-imam mereka, menindas. Akibatnya, bangsa Israel menderita dan terpencar tanpa perlindungan (bdk. 1 Raj. 22:17; Mat. 9:36). Bahkan, mereka terjerumus dalam dosa selama pembuangan (bdk. 6:13).
Sahabat Alkitab, pemimpin Israel seharusnya mengenal siapa pemilik domba-domba itu. Sebagai pemimpin kita tidak boleh lupa bahwa kita tidak lebih dari pemegang amanat, pelaksana mandat. Tuhan berkata, “Domba-domba-Ku jadi mengembara di bukit-bukit yang tinggi dan di gunung-gunung” (ayat 6). Sebelumnya bangsa Israel disebut “domba-dombamu” (ayat 2), sekarang terungkap Sang Pemilik ingin membebaskan umat-Nya.
Mereka yang diberi mandat harus menyadari bahwa kuasa diberi agar mereka menjaga, menyejahterakan, bukan memanfaatkan orang lain demi keuntungan sendiri. Manusia merasa memiliki, karena ia telah berjuang mendapatkannya. Namun, sebenarnya ia tidak memiliki apa-apa. Dari pengalaman umat Tuhan ini, ada pelajaran berharga bagi pemimpin zaman now tentang arti mengemban tanggung jawab.
Salam Alkitab Untuk Semua.