Pada jaman dulu perbudakan terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Tetapi belas kasihan terus berjuang dan akhirnya menang terhadap kekejaman dan rasa haus tak terbatas akan kepemilikan dunia. Dalam sejarah, kita melihat pembebasan budak akhirnya terjadi dimana-mana. Kerajaan Inggris mengeluarkan undang-undang penghapusan perbudakan pada 1883, yang kemudian diikuti oleh Amerika Serikat pada 1865. Di Asia sendiri pada 1 April 1905 Raja Rama V dari Thailand menghapus perbudakan di negarannya, sementara di Indonesia usaha-usaha penghapusan itu sudah dimulai lebih awal sejak masa VOC yang menetapkan pelarangan perbudakan pada 1860 dan akhirnya menutup sepenuhnya pasar budak di Batavia pada 1880. Dalam sejarah Alkitab, Tuhan sudah melangkah jauh lebih dahulu untuk menghapus perbudakan di antara sesama orang Israel pada abad ke 7 Sebelum Masehi atau bahkan jauh sebelum masa-masa itu.
Perbudakan diantara orang Israel terjadi tidak lama setelah mereka memasuki tanah Kanaan. Satu keluarga tidak beruntung dan jatuh dalam kemiskinan, lalu menjual diri atau keluarga mereka menjadi budak kepada sesama orang Israel. Pembeli itu menjadi semakin kuat dan akhirnya membeli banyak keluarga tidak beruntung lain sebagai budaknya. Ini sungguh tidak sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan. Tuhan menjanjikan shalom bukan hanya untuk beberapa orang Israel saja, tetapi semua. Jadilah Tuhan menuntut mereka untuk melepaskan budak-budak mereka. Dan Tuhan berjanji Dia tidak akan jadi menghukum mereka dengan hukuman yang sudah disiapkanNya. Dan penghapusan budak sesama Ibrani ini hanyalah langkah awal. Sebab rencana Tuhan adalah penghapusan perbudakan untuk seluruh manusia. Seperti Taurat berkata: kasihi lah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Karena takut orang Israel terpaksa menuruti tuntutan itu. Tetapi ketika keadaan menjadi aman, kembali mereka menangkap budak-budak yang telah dilepaskan itu.
Sahabat alkitab, sejak awal Tuhan tidak menghendaki perbudakan. Itu karena Tuhan adalah kasih, dan kasih tidak mungkin menerima praktek kejam seperti itu. Tapi manusia menyukainya dan tidak mau berhenti melakukannya. Itu karena mereka tidak bisa melihat manusia sebagai sesama mereka. Mereka tidak dapat merasakan sesama mereka sebagai diri mereka, sehingga sakit mereka tidak mereka rasakan. Tetapi Tuhan merasakan penderitaan semua manusia sebagai diriNya sendiri karena mereka semua berasal dariNya. Penderitaan mereka, Ia merasakannya dengan sangat nyata. Kita seharusnya juga dapat merasakan itu karena kita dan semua manusia adalah satu, berasal dari sumber yang satu. Kalau kita mencapai ini, jangankan memperbudak, sedikit menyakiti pun kita tidak akan sanggup melakukannya
Salam Alkitab Untuk Semua.