Bacaan kita saat ini seolah menjadi tamparan keras di wajah kita. sebuah tamparan yang menyadarkan kita yang selama ini diliputi kegelisahan, ketakutan, himpitan beban yang begitu berat dan semua itu membuat kita terpuruk. Coba perhatikan kapankah Saudara terakhir tertawa dan merasa sangat bahagia? Kapan terakhir bibir Saudara mengembangkan senyum yang lebar dan Saudara tertawa terbahak-bahak? Mungkin diantara kita ada yang sudah lupa, kapan bahagia.
Tuhan Yesus dalam ajaran-Nya di bukit mengingatkan kepada kita untuk bahagia, apapun kondisi kita. berbahagialah saat kita merasa tidak berdaya, merasa sedih, merasa rindu kepada orang-orang yang ita kasihi, berbahagialah orang yang merasa tertekan dan teraniaya oleh keadaan. Berbahagialah!
Memang, saat ini kita berada dalam situasi bangsa yang serba sulit. Banyak diantara kita yang kehilangan pekerjaan dan bahkan lembaga yang menaungi kita harus bekerja lebih keras lagi agar tetap berdiri kokoh ditengah tempaan perekonomian yang sulit. Namun bukan berari keadaan ini menghilangkan rasa bahagia kita. Sebagai pekerja kita memang harus tetap bekerja keras, akan tetapi kita pasti bisa bekerja keras dengan bahagia. Kita bisa menikmati keadaan kita dan hidup didalamnya. Itulah yang membuat kita bahagia. Seperti pepatah yang mengatakan, “Jika kita tidak bisa menghindari keadaan, maka hiduplah bersamanya.” Supaya kita bisa hidup dalam keadaan apapun kita harus ingat satu nilai kristiani yang sering kita dengan “Jika satu pintu tertutup, maka Tuhan membuka jendela”.
Sahabat Alkitab, tidak dapat disangkal bahwa sering kali kita merasakan kesusahan dan tekanan hidup yang berat. Namun firman Tuhan mengingatkan kita untuk tetap berbahagia. Sebab jika kita bahagia, kita dapat menikmati hidup dan bersyukur untuk kehidupan itu.
Salam Alkitab Untuk Semua.