Para gembala segera merespons berita dari Malaikat Tuhan dengan bergegas pergi menuju Betlehem untuk menjumpai sang Juruselamat. Dengan sukacita yang meluap dan antusiasme yang tinggi, para gembala pun bertemu dengan sang Bayi dan kedua orang tuanya, beserta seluruh orang yang ada di rumah, tempat Yusuf dan Maria meminjam palungan untuk membaringkan Yesus.
Pada momen perjumpaan itulah terjadi dua fakta menarik yang dicatat oleh penulis injil Lukas, yakni: Fakta pertama, para gembala memberikan kesaksian mengenai pengalaman yang spektakular pada saat Malaikat Tuhan memberitahukan perihal kelahiran Yesus yang ada Juruselamat; Fakta kedua, ternyata banyak orang yang di lokasi tersebut yang tidak memahami maksud dari kesaksian yang disampaikan oleh para gembala. Artinya, terjadi ketidakcocokan atau tidak ada keselarasan pengertian antara para gembala dengan orang-orang di lokasi tersebut. Ada sejumlah kemungkinan yang melatar belakangi kondisi tersebut, misalnya kebanyakan orang yang ada pada waktu itu kurang akrab dengan berita-berita mengenai kelahiran sang Juruselamat seperti yang sudah tergambarkan melalui catatan para nabi. Kemungkinan lainnya adalah bagi mereka tidak ada yang istimewa dari kelahiran Yesus yang dibaringkan di sebuah palungan. Mereka tidak mampu memahami seluruh peristiwa tersebut karena mereka tidak mendapatkan pengajaran seperti yang sudah diterima oleh para gembala maupun Yusuf dan Maria.
Berdasarkan catatan ini kita pun melihat betapa berharganya sebuah pengajaran dan pengetahuan tentang kehadiran sang Juruselamat. Ketidaktahuan para orang banyak di lokasi kelahiran Yesus membuat mereka tidak mampu memahami segala peristiwa yang sedang mereka alami pada saat itu. Alhasil, mereka pun kehilangan makna dan nilai yang begitu besar dari kedatangan Yesus, sang Juruselamat. Inilah perbedaan palaing kentara antara mereka dengan para gembla maupun Maria.
Firman Tuhan pada hari ini pun telah mengingatkan kita bahwa sebagai umat Tuhan semestinya kita menghargai kesempatan untuk mengenal Tuhan dan mengoptimalkan segala kesempatan untuk mendapatkan pengajaran atas nilai-nilai firman-Nya. Bukankah miris jika kita menjadikan itu semua sia-sia padahal Tuhan sudah menyediakannya bagi kita?