Apakah anda pernah berada pada sebuah situasi yang membuat anda merasa begitu hampa, takut, sendirian, atau mungkin menemui sebuah kesimpulan sementara bahwa ‘anda seperti sedang ditinggalkan TUHAN’? Bagi sebagian orang yang pernah merasakan situasi-situasi tersebut tentu memiliki alasan yang begitu nyata, namun tidak demikian dengan orang lain. Orang lain yang tidak merasakan masalah dan carut-marut pikiran yang kita miliki menghadapi situasi tersebut sangat mudah untuk merasa bahwa perasaan dan keluhan kita seolah tidak masuk akal. Itulah mengapa, tidak jarang pada saat seseorang sedang mengalami suatu permasalahan tertentu yang membuatnya bergumul sangat hebat, justru mendapatkan ‘penghakiman’ dari orang lain atas segala perasaan yang sedang ia coba ungkapkan. Alhasil, alih-alih mendapatkan rengkuhan tangan penuh kasih, orang yang sedang bergumul itu pun semakin terpuruk dalam perasaan sebagai orang yang ditinggalkan.
Namun, pesan yang disampaikan oleh TUHAN melalui nabi Yesaya dalam perikop ini justru menghantarkan kita pada sebuah bentuk kasih yang memulihkan dan membangkitan harapan. TUHAN menyapa umat-Nya yang sedang diselimuti oleh ketakutan dan di ambang keputusasaan dengan pelukan yang membangkitkan harapan dalam ketenangan. Janji TUHAN sudah sangat jelas bagi mereka bahwa Ia yang telah memilih mereka, Ia pula yang akan membangkitkan mereka dari keterpurukan. Dengan kata lain TUHAN tidak meninggalkan umat dalam pembuangan. Satu instruksi yang TUHAN berikan dan perlu dicamkan oleh seluruh umat-Nya adalah “Jangan takut!”, bukan karena kekuatan mereka sendiri melainkan karena kehadiran TUHAN yang selalu menyertai mereka.
Sahabat Alkitab, kiranya permenungan firman TUHAN pada hari ini juga kita terima dan ingat bahwa penyertaan TUHAN membangkitkan kesadaran iman bagi setiap hati yang sedang lelah menghadapi tekanan, membangkitkan harapan bagi setiap pribadi yang merasa pilu dalam kesendirian, dan mengkalibrasi ulang perhatian kepada kehadiran TUHAN yang selalu nyata. Oleh sebab itu, marilah kita jalani hidup dengan terus berproses dan berani, bukan dengan kekuatan diri sendiri melainkan karena kesadaran bahwa TUHAN selalu hadir dalam kehidupan kita.