Takut merupakan salah satu bentuk emosi dasar pada manusia. Bahkan, sejumlah makhluk hidup lainnya pun mengenali emosi ini. Mengalami takut dalam hidup tentu bukanlah sesuatu yang salah dan keliru karena dengan merasakan takut terjadi peningkatan kesadaran yang juga berkaitan dengan sistem pertahanan diri yang pada intinya berusaha membuat kita berada pada situasi aman. Namun, terus-menerus merasa takut juga bukanlah pertanda yang baik karena dapat membawa kita kepada sebuah situasi dengan perasaan takut yang berlebihan hingga merusak kesadaran dan pengambilan keputusan yang tidak tepat.
Di dalam perikop ini, kita pun melihat perasaan takut yang meliputi umat TUHAN yang sedang berada di pembuangan. Mereka yang lemah dan kecil di hadapan para lawannya tidak dapat berbuat apa-apa, yang dengan kata lain seolah telah kehilangan harapan. Bahkan, nabi Yesaya mengandaikan mereka seperti ‘cacing’ dan ‘ulat’ yang tidak logis untuk melawan predator yang unggul telak di hadapan mereka. Namun, firman TUHAN yang hadir melalui nabi Yesaya ini bukanlah dimaksudkan untuk memupuk tingkat ketakutan umat. Justru, TUHAN hadir untuk membawa mereka keluar dari carut-marut ketakutan dengan memberikan harapan yang penuh kedamaian. Umat TUHAN di pembuangan memang tidak dapat keluar dari ketakutan itu jika hanya mengandalkan kekuatan mereka sendiri, namun hal tersebut nyata untuk terjadi karena TUHAN yang menyertai mereka.
Sahabat Alkitab, firman TUHAN ini telah menyapa setiap hati dengan penuh damai dan harapan tak peduli apapun ketakutan yang sedang melanda hidupmu. Terkadang masalah yang datangnya tak terduga menjadi momok yang menghalangi pandangan iman kita kepada TUHAN. Tidak jarang pula segala perencanaan akan masa depan justru berubah menjadi sumber ketakutan yang membuat kita seolah kehilangan harapan di hadapan TUHAN. Namun, firman ini telah mengingatkan kita bahwa tidak ada ketakutan yang dapat merenggut kehadiran TUHAN dan pengharapan yang Ia berikan bagi umat-Nya.