Dalam perjalanan ke Roma Paulus bersama dengan para pengikutnya diserang badai yang mengakibatkan kapalnya terombang-ambing tanpa tujuan. Kondisi ini tentu juga mempengaruhi emosi dan mental para pengikut yang berjumlah 276 orang menjadi lemah dan goyah. Dalam keadaan yang demikian perasaan khawatir dan ketakutan mengakibatkan perasaan putus asa yang kemudian mereka justru tidak makan. Paulus kemudian mengingatkan dan mengajak mereka makan.
“Pada waktu sebelum fajar, Paulus menganjurkan supaya mereka semua makan. Paulus berkata,”Sudah empat belas hari lamanya Saudara semuanya hanya menunggu-nunggu saja dalam keadaan tegang dan tidak makan apa-apa. Saya anjurkan, makanlah sedikit. Itu baik untuk kalian, supaya kalian kuat lagi. Sebab Saudara semuanya akan selamat dan tidak kurang apa-apa.” (Kis. 27:33-34, BIMK)
Diawali dengan ucapan syukur atau berdoa mereka kemudian makan dan hal itu memberi kekuatan bagi semua orang.
“Sesudah berkata begitu Paulus mengambil roti lalu mengucap terima kasih kepada Tuhan di hadapan mereka semua. Kemudian ia membagi-bagi roti itu, lalu makan. Maka mereka semua bersemangat kembali dan turut makan juga.” (Kis. 27:35-36, BIMK)
Pada saat ada badai atau masalah dalam kehidupan kita seringkali kita juga bersikap demikian, larut dalam kesedihan dan merasa frustasi dan mengabaikan kesehatan atau kondisi jasmani kita dengan tidak makan. Kita menjadi lupa bahwa saat masih diberi kecukupan untuk makan kita diingatkan bahwa Tuhan masih menyertai dan masih ada rencana Tuhan dalam kehidupan kita. Perasaan frustasi dan kesedihan yang berlebihan justru membuat kita merasa sendiri dan kering secara rohani.
Dalam hal ini Paulus mengingatkan kita untuk bersekutu dan membangun hubungan dengan Tuhan secara pribadi yaitu berdoa. Namun tentunya bukan saja waktu mendapatkan masalah kemudian kita berdoa. Seorang pelaut tentu mempersiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu sebelum pergi berlayar. Kita juga dituntut dalam masa-masa yang tenang ketika hidup berjalan normal untuk selalu bersiap dengan selalu mempunyai hubungan dan komunikasi dengan Tuhan.
Dengan mendalami Firman Tuhan dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan kita, maka kita akan selalu memegang janji-janji dan menyandarkan kehidupan kita ke dalam tangan Tuhan. Firman menjadi makanan rohani yang akan menguatkan kehidupan kita.
Salam Alkitab Untuk Semua