Dalam dinamika relasi kita dengan orang lain, seringkali ditemui sebuah kenyataan pahit bahwa ada kalanya kita menemui orang-orang yang tidak suka, membenci, serta menentang kita habis-habisan. Adakalanya orang-orang tersebut tidak segan-segan untuk berkonfrontasi secara langsung, sementara jenis lainnya lebih memilih untuk membicarakan kita dari belakang. Saat itu terjadi rasanya hati begitu sedih, perasaan tertolak datang menyapa, kepercayaan diri hancur seketika, dan ketidakpercayaan pada orang-orang di sekitar kita menjadi sebuah keniscayaan. Maka sebagai anak-anak-Nya, pertanyaan yang tepat ialah respons terbaik apa yang dapat kita berikan berdasarkan hikmat dan kebijaksanaan-Nya?
Mazmur kita hari ini menggambarkan situasi tersebut. Ayat 1 memberikan konteks atau latar belakang dari mazmur pasal tiga, yakni saat Daud lari dari Absalom. Absalom adalah anak dari Daud yang mengkudeta ayahnya sendiri. Upaya tersebut membuat Daud terdesak hingga harus melarikan diri dari Yerusalem untuk menyelamatkan nyawanya. Bayangkan apa yang ada di hati Daud? Ia harus lari dari anaknya sendiri yang hendak menggulingkannya dari tahta bahkan melakukan pembunuhan atas Daud.
Saat kita memahami konteks tersebut, maka syair-syair di ayat selanjutnya menjadi begitu hidup. Syair itu dimulai dengan memotret keterhimpitan yang sedang dialami Raja Daud. Begitu banyak musuh yang menginginkannya. Namun mereka semua tidak membuatnya gentar karena Allah bagaikan perisai yang menangkis segala serangan kepadanya. Tuhan tidak tinggal diam karena Tuhan menjawab seruan minta tolong sang pemazmur. Masalah itu tidak sampai membuatnya tidak bisa tidur, bahkan sang pemazmur menggambarkan dirinya yang dapat tertidur dan bangun dengang baik. Gambaran akan ketenangan batin karena Tuhan yang menopangnya. Sebuah potret atas keyakinan iman yang membuat manusia mampu menghadapi tantangan apapun yang terjadi.
Sahabat Alkitab, saat ini mungkin kita tengah mengalami keterhimpitan bahkan pengkhianatan yang sama sebagaimana dialami Daud. Kita merasa begitu kecil di hadapan masalah yang dirasa teramat besar. Puji syukur kepada Tuhan bahwa melalui perikop pada hari ini Tuhan kembali meneguhkan kita. Ia akan menopang dan berada di sisi kita. Maka dari itu berhentilah menundukkan kepala dihadapan masalah yang begitu besar itu, seolah-olah tiada lagi pengharapan bagi kita. Melainkan tataplah masa depan dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan pasti menolong kita. Dari Tuhan datang pertolongan dan berkat-Nya turun atas kita.