Sebelum teknologi berkembang pesat seperti sekarang ini, suatu pesan biasanya disampaikan secara langsung dengan mengutus orang tertentu. Tantangan si pembawa pesan ini tidak mudah. Dalam perjalanan tentu banyak kendala yang akan dihadapi, misalnya cuaca yang tidak bersahabat. Belum lagi bila pesan yang dibawa adalah informasi penting dan bersifat rahasia. Nyawa si pembawa pesan bisa saja terancam. Si Pembawa pesan juga memiliki kesempatan mengambil keuntungan misalnya dengan menjual pesan tersebut kepada pihak lain. Karena itu, pembawa pesan bukanlah orang sembarangan. Dia memiliki kualifikasi khusus untuk memastikan pesan yang dititipkan kepadanya disampaikan dengan baik tanpa mengurangi ataupun menambahkannya.
Dalam nats ini, para Imam dan beberapa orang Lewi awalnya berpikir bahwa Yohanes adalah Mesias atau Elia atau Nabi. Namun, ia menjawab mereka dengan berkata “Akulah suara yang berseru di padang gurun” Luruskanlah jalan Tuhan!”. Yohanes tahu siapa dirinya yang sesungguhnya. Ia memiliki tugas yang sangat penting yang harus didengar oleh para Imam, orang Lewi dan orang-orang yang hadir disitu. Tugasnya adalah memberitakan kedatangan Mesias yang tidak lain adalah Yesus. Berita ini tentu tidak mudah diterima oleh orang-orang di zaman itu. Bisa menimbulkan kontroversial dan berpotensi mengancam hidupnya.
Sahabat Alkitab, dalam Matius 28:19-20, kita diberi amanat untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa. Kita adalah orang-orang khusus yang dipilih untuk membawa pesan ini bukan lagi kepada orang Lewi seperti dizaman Yohanes namun kepada orang-orang yang ada di lingkungan pekerjaan kita, rumah kita, gereja kita dan komunitas kita yang lainnya. Kita tidak harus menjadi penginjil atau guru agama untuk menjalankan amanat ini. Kita bisa memulai dari hal sederhana. Mengupayakan hidup kita menjadi teladan bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Tuhan Yesus kiranya memampukan kita.
Salam Alkitab Untuk Semua