Perikop yang kita baca/dengar hari ini merupakan kisah terkenal tentang Yesus yang membasuh kaki murid-muridnya. Cerita ini termasuk ke dalam bagian besar cerita perpisahan Yesus dengan murid-murid (pasal 13-17). Di dalamnya terdapat pesan-pesan terakhir yang Ia tujukan kepada para murid (13:21—16:33) dan juga doa yang Ia peruntukkan bagi para murid (17:1-26). Keseluruhannya diawali dengan proses pembasuhan kaki pada perikop kita.
Di dalam budaya dunia Yunani-Romawi kuno, pembasuhan kaki bukanlah hal yang asing didengar. Jalan-jalan di berbagi kota/daerah di zaman itu biasanya sempit, tidak terawat dan bahkan seringkali dipenuhi oleh berbagi kotoran. Usaha pembersihan dan sanitasi daerah-daerah publik tidaklah merata di setiap kota. Misalnya saja di Roma, air bersih hanya mengalir untuk lantai dasar bangunan-bangunan tempat tinggal. Rumah yang cukup untuk mengakomodasi Yesus dan murid-murid-Nya di pasal ini tentunya merupakan rumah yang cukup besar dengan sanitasi yang lebih baik. Itu sebabnya, membersihkan kaki merupakan hal yang cukup umum dilakukan ketika seseorang kembali ke rumah. Sangat umumnya praktik ini sehingga bahkan istilah “kaki yang tidak terbasuh” di beberapa area pada masa itu menjadi idiom yang berarti “tanpa persiapan”. Wajah, tangan, dan kaki merupakan bagian tubuh yang penting untuk dibasuh. Sebagai bentuk keramah-tamahan, biasanya seorang tuan rumah akan menyediakan air bagi tamunya untuk membasuh kakai, atau bahkan akan menyediakan seorang hamba untuk membasuh kaki tamu-tamunya.
Pembasuhan kaki juga bisa dilakukan oleh istri atau anak terhadap kepala keluarga. Namun, hampir tidak ada catatan mengenai seorang tuan rumah yang terlibat langsung untuk membasuh kaki tamu-tamunya.
Tindakan membasuh kaki merupakan pekerjaan yang sangat sepele dan menggambarkan sebuah bentuk menjadi hamba orang yang kakinya dibasuh. Itu sebabnya sangat wajar kalau Simon Petrus sampai berkata “Tuhan, masakan Tuhan yang membasuh kaki saya?” Tindakan Yesus benar-benar memutar balik harapan-harapan kultural yang biasa pada masa itu. Ia tidak hanya mengajarkan kerendahan hati dan pentingnya saling menjadi ‘hamba’; Yesus langsung terjun menjadi contoh langsung di depan para murid-Nya. Ia menjadi perwujudan yang hidup dari ap aitu artinya kerendahan hati dan melayani sebagai hamba.
Sahabat Alkitab, hal ini juga merupakan panggilan bagi kita. Semoga kata-kata Tuhan ini bisa benar-benar kita dengar: “Kalau Aku sebagai Tuhan dan Gurumu membasuh kakimu, kalian wajib juga saling membasuh kaki. Aku memberi teladan ini kepada kalian, supaya kalian juga melakukan apa yang sudah Kulakukan kepadamu.” Amin.
Salam Alkitab untuk semua