Yesus dituangi minyak wangi di Betania

Renungan Harian | 26 April 2021

Yesus dituangi minyak wangi di Betania

Kisah tentang kaki Yesus yang diminyaki oleh Maria di Betania ini mungkin bukanlah kisah yang terlalu asing lagi bagi sebagian kita yang membaca atau mendengarnya. Kisah ini mengambil tempat di rumah Lazarus yang telah dibangkitkan oleh Yesus di pasal sebelumnya (11:1-44). Di dalam rumah itu juga ada Marta dan Maria. Marta dikisahkan melayani jamuan bagi Yesus dan tamu-tamu yang datang. Sementara Maria kemudian datang untuk meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi narwastu yang terkenal mahal, dan kemudian menyekanya dengan rambutnya. Tindakan yang dilakukan oleh Maria ini menjadi sangat kontras jika dibandingkan dengan upaya dan perencanaan pembunuhan Yesus yang ada di pasal sebelumnya. Maria menggambarkan sebuah praksis iman yang sangat cermat vs ketidakpercayaan para elit Yahudi karena kebebalan mereka.

 

Peristiwa ini oleh Yohanes dikisahkan terjadi enam hari sebelum Paskah. Pada pasal 11:55, kita mendapat informasi bahwa banyak orang Yahudi yang berbondong-bondong datang ke Yerusalem untuk hari raya tersebut. Banyak yang datang untuk penyucian diri dan tentunya pada masa itu, ketika alat transportasi belum seperti sekarang ini, banyak peziarah yang biasanya datang lebih awal agar tidak terlambat menghadiri perayaan Paskah. Tidaklah mengherankan kalau Betani yang terletak tidak jauh dari Yerusalem pun menjadi tempat untuk bermalam. Penduduk di kota itu pun juga tidak sedikit yang bersedia membuka pintu mereka bagi para peziarah, terlebih lagi bagi para rabi.

 

Di tengah-tengah suasana jamuan bagi Yesus (Marta dan Lazarus) serta devosi yang luar biasa (Maria), kita disuguhkan sosok Yudas yang tiba-tiba mendapat sorotan karena responsnya yang justru bertolak belakang. Respons yang mungkin terdengar biasa, tetapi menjadi luar biasa karena motivasi di baliknya. Injil Yohanes menggunakan kata yang persis sama untuk menggambarkan motivasi Yudas di bagian ini dengan kinerja gembala upahan di pasal 10:13 “tidak memperhatikan”, atau dengan kata lain “bukan karena kepeduliannya”. Seperti gembala-gembala upahan yang tidak peduli terhadap domba-domba yang harus mereka jaga, demikian juga komentar Yudas sebenarnya bukan karena ia peduli terhadap nasib orang-orang miskin.

 

Kita pun mungkin tidak jarang memberikan komentar atau kritik kepada orang lain di sekeliling kita. Terlebih lagi ketika kita melakukannya di pelbagai platform media sosial dewasa ini. Namun, melalui kisah peminyakan Yesus di Betania ini, kita diingatkan bahwa kita juga perlu mawas diri terkait motivasi dan bentuk komentar atau kritik yang kita lontarkan. Perlu kita refleksikan apakah motivasi kita mengajukan komentar dan kritik itu demi membangun dan kebaikan bersama, atau jangan-jangan berasal dari rasa iri atau cemburu yang kita miliki. Apakah kita benar-benar peduli terhadap hal yang kita komentari dan kritisi? Apakah bentuk komentar yang kita berikan itu membangun atau justru hanya menghancurkan. Baiknya komentar dan kritik kita berbau harum seperti minyak narwastu yang dibawa Maria, dan tidak malah menebar kebusukan di hati orang-orang sekeliling kita. Semoga Tuhan menolong kita.

Salam Alkitab Untuk Semua

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia