Dewasa ini tantangan kita dalam mengejawantahkan firman-Nya sangatlah berat. Bahkan tidak jarang saudara-saudara seiman kita memilih untuk meninggalkan Kristus. Disinilah penulis surat Ibrani merasa perlu untuk menguatkan jemaat yang tengah menjalani proses kehidupan agar mereka tidak tergoda untuk meninggalkan Kristus.
Pada bacaan sebelumnya, penulis Ibrani menunjukkan betapa terhormat dan berkuasanya Tuhan Yesus Kristus. Kini penulis kembali membandingkan Yesus dengan tokoh-tokoh penting di Perjanjian Lama dengan menunjukkan tujuh kutipan dari Perjanjian Lama. Angka tujuh menjadi perhatian tersendiri bagi kita, mengingat makna simbolis dibaliknya yang dapat dipahami sebagai kelengkapan bukti mengenai keunggulan Yesus Kristus sebagai Anak Allah di atas para malaikat. Jika meninjau kembali dalam perjanjian lama, sesungguhnya para malaikat pun dipanggil dengan sebutan ‘anak-anak Allah’ (Ayub 1: 6; 2:1; Mazmur 29: 1). Namun sebutan tersebut tidak pernah dikenakan pada seorang malaikat secara individu. Hanya pada Yesus lah gelar itu dikenakan pada individu secara khusus.
Klaim-klaim kedigdayaan Kristus ini bukan untuk meninggikan diri atau arogansi semata. Melainkan upaya untuk membangun kepercayaan diri umat yang menjadi sasaran surat Ibrani. Mereka adalah orang-orang kristen baru yang berlatar belakang Yahudi, maka upaya untuk meneguhkan iman mereka harus dibangun menggunakan pendekatan-pendekatan atau bahasa yang familiar dengan mereka. Harapannya umat semakin diteguhkan dan tidak tergoda untuk kembali kepada kepercayaan mereka yang lama.
Sahabat Alkitab, melalui bacaan kali ini seharusnya kita akan semakin diteguhkan dalam mengikuti-Nya. Tidak menjadi goyah untuk meninggalkan-Nya, hanya karena ragam dinamika kehidupan yang tengah dihadapi. Mengimani Yesus dengan sungguh sama artinya dengan mengikuti teladan-Nya dan mewujudnyatakan Firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari.