Hidup adalah soal keberanian mengambil pilihan yang tepat diantara beragamnya pilihan di depan kita. Ada pilihan-pilihan hidup yang kalau kita ambil, berarti kita mendukakan hati Allah. Sementara, ada pilihan-pilihan lainnya yang kalau kita ambil, berarti kita setia dan mentaati kehendakNya.
Umat Allah pada saat kitab Wahyu ditulis, menghadapi dua pilihan yang amat berat, menyembah Allah atau menyembah kaisar. Karena pada saat itu kaisar Domitianus mewajibkan seluruh penduduk imperium Romawi untuk menyembahnya, selayaknya penyembahan kepada dewa. Barangsiapa menolak untuk menyembahnya, maka akan dihukum amat berat. Tentu saja ketetapan ini merupakan tantangan bagi umat kristen. Kalau mereka menyembah kaisar, itu artinya mengkhianati iman kepada Allah. Sementara kalau mereka tetap menyembah Allah, maka nyawa yang menjadi taruhannya. Maka dari itu, Yohanes melalui kitab Wahyu ini menguatkan umat agar tidak gentar menyembah Sang Anak Domba. Ia akan berdiri teguh bersama dengan seluruh umatNya, mengatasi segenap penguasa-penguasa lalim yang mendatangkan malapetaka. Andaikata mereka harus gugur, Kristus menjamin bahwa jiwa mereka aman di tangan Allah yang kekal. Barangsiapa yang bertahan sampai akhir, ia akan dikenali sebagai pengikut Kristus yang setia. Di dahi orang-orang seperti itu terukir nama Bapa dan Kristus. Kalimat untuk menggambarkan bahwa seseorang telah menjadi milik Tuhan semata.
Sahabat Alkitab, mungkin penderitaan yang kita alami tidak seperti umat pada saat itu. Namun demikian godaan yang datang untuk meninggalkan Dia, pada masa kini juga sama beratnya. Peganglah teguh iman kepada Allah, meskipun kadang keteguhan itu membawa kita pada jalan yang begitu terjal. Dikucilkan, mengalami persekusi, terhambat dalam karir, dan lain sebagainya. Pandanglah ke depan pada janji Tuhan yang menjamin kehidupan kekal bagi siapa yang setia mengikutiNya sampai akhir.
Salam Alkitab Untuk Semua