Bagi orang yang sedang dilanda musibah besar, barangkali bayangan yang paling mudah untuk bebas adalah kematian. Tidak sedikit orang akan mengiyakan hal tersebut. Begitu banyaknya kasus bunuh diri merupakan tanda bahwa hidup dapat lebih kejam daripada maut. Sebagai contoh, utang yang menghantui seseorang bisa menjadi alasan tidak takut untuk kehilangan nyawa sendiri. Penindasan juga akan berakhir kala seseorang mengalami kematian. Inilah gambaran yang menjiwai ratapan Ayub terhadap hidupnya. Kesalehannya tidak menutup kemungkinan dirinya mengeluh. Dalam bagian bacaan hari ini juga terlihat karakter manusia Ayub yang tidak hanya fokus pada penderitaannya sendiri, tetapi juga melihat dan merenungkan pengalaman derita setiap manusia (ay. 20-26).
Sahabat Alkitab, Ayub menyadari bahwa dirinya tidak dapat menguasai hidupnya sendiri. Dia ada pada titik yang terendah dalam perjalanan hidupnya. Harus kita akui semua orang mengalami hal yang sama. Ada kalanya kebahagiaan hidup terlupakan begitu saja, tergantikan oleh kepedihan dan sengsara. Siapa yang dapat mengendalikan jalan hidupnya. Ratapan Ayub seharusnya menyadarkan kita akan realitas ini. Di tengah upaya kita untuk mengamankan diri, misalnya melalui pendidikan, kekayaan ataupun kekuasaan, semestinyalah kita melihat diri kita sebagai manusia yang lemah dan semata-mata membutuhkan uluran tangan Tuhan.
Salam Alkitab Untuk Semua.