Bagi orang yang mengalami apa yang diderita Ayub, hidup tidaklah lebih baik daripada kematian. Elifas, seorang sahabat, menasihati kawannya itu dan cukup memahami kepedihan dan kesusahan Ayub. Ujarannya menggemakan nilai yang tentu diiyakan oleh tidak sedikit orang: penderitaan datang dari ulah manusia sendiri. Menurut dia, setiap orang yang tidak bersalah akan mengalami kebahagiaan. Penderitaan memang sebatas penguji iman. Banyak alasan untuk membuktikan kebenaran yang lama kita pegang. Itulah juga yang terjadi dengan Elifas dalam bacaan kita. Kenyataannya kebenaran dapat sangat kontra intuitif. Keterbatasan pengalaman seharusnya membuat dia sadar dan melihat kesalehan Ayub. Elifas menghadirkan semacam ironi. Ia percaya bahwa Allah “melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan tak terselami” (5:9), tetapi ia juga berani berujar “Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya.”
Sahabat Alkitab, kita lekas puas untuk memahami kenyataan bahwa kesulitan hidup kita sebatas ujian. Artinya, tidak ada yang keliru dengan diri kita. Selain itu kita merasa berhak memperoleh yang sempurna, sebab kita telah melakukan yang terbaik. Itu pula yang kita berlakukan terhadap orang lain. Kita cenderung membuat penilaian-penilaian berdasarkan nilai atau norma yang kita yakini sebagai suatu kebenaran. Tidak jarang pula keyakinan itu diperkuat dengan pengalaman tertentu atau berbagai bentuk pembenaran. Gagasan yang kerap kita jumpai: kebaikan tidak pernah pergi dengan sia-sia. Begitu juga nasib buruk disebabkan oleh suatu kesalahan. Apakah semua itu selalu tepat? Kita belajar untuk melihat dan menjaga pikiran kita dari penilaian yang terlalu sederhana. Misalnya, bukankah kerap kita dengar bahwa orang rajin akan pandai? Banyak contoh yang dapat membuktikan bahwa hal tersebut benar. Namun, itu tidak berlaku selamanya dan untuk setiap orang. Banyak yang sudah berjuang, tetapi harus mengecap kegagalan. Sebagian lagi cepat menambahkan, bahwa kegagalan demikian akibat kerja keras yang tidak cerdas. Tentu kita bisa tambahkan contoh-contoh lain. Jika kita pernah terlibat dalam percakapan atau relasi semacam itu, kita perlu melatih diri untuk tidak tergesa membuat penilaian dan mulai untuk menjadi pendengar yang lebih baik.
Salam Alkitab Untuk Semua.