Apa Yang Telah Ditentukan Tuhan, Tidak Layak Manusia Menilainya

Renungan Harian | 3 November 2021

Apa Yang Telah Ditentukan Tuhan, Tidak Layak Manusia Menilainya

Bagi orang yang mengalami apa yang diderita Ayub, hidup tidaklah lebih baik daripada kematian. Elifas, seorang sahabat, menasihati kawannya itu dan cukup memahami kepedihan dan kesusahan Ayub. Ujarannya menggemakan nilai yang tentu diiyakan oleh tidak sedikit orang: penderitaan datang dari ulah manusia sendiri. Menurut dia, setiap orang yang tidak bersalah akan mengalami kebahagiaan. Penderitaan memang sebatas penguji iman. Banyak alasan untuk membuktikan kebenaran yang lama kita pegang. Itulah juga yang terjadi dengan Elifas dalam bacaan kita. Kenyataannya kebenaran dapat sangat kontra intuitif. Keterbatasan pengalaman seharusnya membuat dia sadar dan melihat kesalehan Ayub. Elifas menghadirkan semacam ironi. Ia percaya bahwa Allah “melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan tak terselami” (5:9), tetapi ia juga berani berujar “Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya.”

 

Sahabat Alkitab, kita lekas puas untuk memahami kenyataan bahwa kesulitan hidup kita sebatas ujian. Artinya, tidak ada yang keliru dengan diri kita. Selain itu kita merasa berhak memperoleh yang sempurna, sebab kita telah melakukan yang terbaik. Itu pula yang kita berlakukan terhadap orang lain. Kita cenderung membuat penilaian-penilaian berdasarkan nilai atau norma yang kita yakini sebagai suatu kebenaran. Tidak jarang pula keyakinan itu diperkuat dengan pengalaman tertentu atau berbagai bentuk pembenaran. Gagasan yang kerap kita jumpai: kebaikan tidak pernah pergi dengan sia-sia. Begitu juga nasib buruk disebabkan oleh suatu kesalahan. Apakah semua itu selalu tepat? Kita belajar untuk melihat dan menjaga pikiran kita dari penilaian yang terlalu sederhana. Misalnya, bukankah kerap kita dengar bahwa orang rajin akan pandai? Banyak contoh yang dapat membuktikan bahwa hal tersebut benar. Namun, itu tidak berlaku selamanya dan untuk setiap orang. Banyak yang sudah berjuang, tetapi harus mengecap kegagalan. Sebagian lagi cepat menambahkan, bahwa kegagalan demikian akibat kerja keras yang tidak cerdas. Tentu kita bisa tambahkan contoh-contoh lain. Jika kita pernah terlibat dalam percakapan atau relasi semacam itu, kita perlu melatih diri untuk tidak tergesa membuat penilaian dan mulai untuk menjadi pendengar yang lebih baik.

Salam Alkitab Untuk Semua.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia