Pergumulan Adalah Realita. Ini Bukanlah Penentu Fasik Atau Salehnya Seseorang!

Renungan Harian | 15 November 2021

Pergumulan Adalah Realita. Ini Bukanlah Penentu Fasik Atau Salehnya Seseorang!

Sahabat Alkitab, pernahkah anda berpikir, “mengapa orang yang tidak takut Allah justru memiliki hidup yang lebih nyaman ketimbang orang yang berusaha hidup dalam perkenanan Allah?” Sekilas pertanyaan ini memang menjadi realitas. Seolah-olah, inilah ironi kehidupan dimana orang benar hidup dalam kesengsaraan, sedangkan orang fasik penuh dengan nikmat kehidupan. Biasanya model berpikir seperti ini muncul dalam diri seorang manusia yang percaya kepada Allah dan berusaha memiliki hidup benar,  namun mengalami pergumulan hebat. Di tengah kondisi yang demikian, ia pun mempertanyakan peran Allah atas hidupnya dan membandingkan dirinya dengan orang-orang yang hidup dalam kefasikan namun jauh lebih beruntung darinya.

 

Ayub pun berada dalam posisi yang demikian. Di dalam pasal 21 ini, Ayub beranggapan bahwa orang fasik memiliki nasib yang jauh lebih nyaman dibandingkan dirinya. Ayub berkata, “Yang seorang mati dengan masih penuh tenaga, dengan sangat tenang dan sentosa; … Yang lain mati dengan sakit hati, dengan tidak pernah merasakan kenikmatan.” Namun, apakah benar bahwa orang yang takut Allah memiliki hidup yang jauh lebih sengsara dibanding orang yang tidak takut Allah? Jikalau memang benar, maka inilah ironi kehidupan bagi seorang percaya. Persoalannya adalah apakah benar demikian? Kita sudah melihat sebanyak 20 pasal berisikan diskusi yang terjadi antara Ayub dengan orang-orang di sekitarnya yang mempersoalkan kehadiran pergumulan dalam kehidupan seorang manusia. Berbagai perspektif pun sudah kita lihat, termasuk mengenai bagaimana pergumulan merupakan penghukuman Allah atas orang-orang fasik. Padahal, prinsip ini justru menjadi jerat iman yang secara tanpa sadar membuat kita memiliki perspektif yang tidak sehat. Mengapa? Pertama, seolah-olah pergumulan, masalah, maupun tekanan tidak dapat dialami oleh orang percaya. Padahal, kisah Ayub secara keseluruhan telah menjadi sebuah bukti bahwa pergumulan adalah realitas kehidupan. Artinya, masalah dan segala tekanan dapat dialami oleh setiap orang, apapun perilaku hidupnya kepada Allah. Kedua, pergumulan bukan menjadi indikator seberapa saleh atau tidak salehnya kita kepada Allah. Justru, pergumulan dapat menjadi media pelatihan iman yang baik bagi setiap orang percaya. Ketiga, beranggapan bahwa pergumulan menjadi bukti kefasikan seorang manusia hanya akan membuat kita kecewa kepada Allah. Karena pada saat kita sudah berusaha maksimal untuk hidup dalam takut akan Allah namun tetap mengalami pergumulan, maka besar kemungkinan kita akan menganggap Allah tidak adil kepada kita.

 

Pergumulan bukanlah ironi kehidupan. Pergumulan tidak hanya datang kepada orang yang hidup takut akan Allah. Pergumulan bukanlah sebuah bukti betapa fasiknya seorang manusia. Pergumulan adalah realitas kehidupan yang berpengaruh terhadap tumbuh-kembang iman. Selamat menjalani hidup dengan beragam kenyataan yang akan kita temui dan alamilah penyertaan Allah di dalamnya.

Salam Alkitab Untuk Semua

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia