“Keyakinan Iman, di balik tanya dan keraguan”
Penderitaan yang dialami Ayub merupakan gambaran akan mimpi terburuk yang mungkin dialami oleh seorang manusia. Ayub bukan saja kehilangan harta bendanya, melainkan juga harus mengalami kesepian luar biasa karena ditinggalkan oleh orang-orang yang mengasihinya. Wajar bila kemudian kitab Ayub menggambarkan ia berada dalam titik terendah kehidupannya.
Keterpurukan Ayub di titik terendah dapat kita temukan di dalam pasal 30. Ayub seseorang yang diberkati dengan kehidupan material yang berlebihan juga posisi terhormat di masyarakat, kini bukan hanya ia tidak dihormati tetapi juga menjadi bahan tertawaan orang-orang paling hina di masyarakat dan di serang secara bertubi-tubi oleh orang jahat (30:1-15). Wajar bila kemudian kita mendapati keluhan-keluhan Ayub yang merefleksikan kehancuran batin atas situasi yang dialami. Ia tidak hanya menderita secara fisik melainkan jiwanya pun tercabik-cabik atas kesedihan yang dialaminya. Menariknya segala dinamika pergumulan tersebut tidak menjadikan Ayub kehilangan pengharapan kepada Allah.
Ayat 20-23 mungkin banyak dilihat orang sebagai tanda akan kemarahan Ayub kepada Allah,tetapi jika kita melihat bentuk kitab Ayub yang pada hakikatnya adalah sebuah syair, maka ungkapan-ungkapan tersebut sesungguhnya ungkapan jujur seorang manusia yang meskipun dalam kekalutan serta kemarahannya masih mengingat Allah sebagai satu-satunya yang berdaulat atas kehidupan. Seruan Ayub di ayat 20-23 adalah ungkapan kemarahan tetapi juga keberserahan penuh kepada Allah.
Bukankah dalam pergumulan nyata yang kita alami, seringkali kita juga berbuat seperti Ayub? Dalam doa yang kita panjatkan mungkin akan tiba pada satu titik dimana kita sedih, kecewa, dan mempertanyakan Tuhan yang seolah-olah diam atas pergumulan yang sedang terjadi di kehidupan kita. Namun disisi yang lain kita sadar betul bahwa ungkapan tersebut adalah ekspresi dari keberserahan penuh kepada Allah dan kesadaran bahwa Ia adalah satu-satunya yang dapat menolong kita. Dari gugatan-gugatan itu tersembunyi cinta yang membuncah kepada Allah. Itulah yang menyentuh dan menggugah Allah Sang Sumber Cinta dan Pertolongan kita.