Sebagai makhluk hidup, setiap manusia pasti akan berusaha mempertahankan dan melanjutkan kehidupannya. Tidak ada yang salah dengan dorongan untuk mempertahankan hidup. Persoalannya justru terletak pada cara manifestasi dorongan tersebut. Pertanyaan yang penting untuk dikritisi adalah, “bagaimana saya berusaha mempertahankan hidup?” Upaya memenuhi dorongan untuk bertahan hidup pun dapat mewujud dalam cara-cara yang mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi juga dapat mewujud dengan tindakan-tindakan yang melanggar norma dan etika hidup. Pilihannya selalu berada pada diri masing-masing individu.
Tindakan Daud beserta orang-orang yang mengikutinya di dalam perikop ini pun menjadi sebuah contoh pentingnya mempertahankan nilai kemanusiaan dalam menjalani kehidupan. Di tengah pengejaran yang penuh dengan kemarahan, kekecewaan, kesedihan dan keterbetasan, mereka tetap mampu menghargai solidaritas rasa sebagai sesama manusia yang perlu mempertahankan hidupnya. Mereka tidak bersikap egosentris hingga tega menutup mata atas kondisi orang lain. Hal inilah yang mereka lakukan kepada seorang Mesir yang melarikan diri, yaitu pertolongan dalam rupa makan dan minum. Padahal, pada saat yang sama mereka juga sangat membutuhkan perbekalan.
Kita dapat meyakini bahwa pengejaran yang mereka lakukan pada saat itu menjadi sebuah upaya yang melelahkan dengan sumber daya yang terbatas. Bahkan, pada ayat 9 dan 10 kita melihat ada 200 orang yang terpaksa harus berhenti dari pengejaran. Sangat mungkin keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan mereka dan perkebalan yang tidak mencukupi untuk semua orang. Intinya adalah Daud dan orang-orangnya pun sangat membutuhkan segala macam sumber makanan untuk mempertahankan hidup mereka. Namun, ternyata kebutuhan itu tidak menghancurkan solidaritas rasa kemanusiaan mereka. Malahan pertolongan bagi orang lain telah mendatangkan berkat tersendiri untuk mereka sendiri. Bantuan yang mereka berikan bagi orang Mesir itu telah memberikan petunjuk yang pasti di tengah pengejaran yang hampir gagal akibat keterbatasan mereka pada saat itu.
Sahabat Alkitab, hari ini kita melihat bahwa bertahan hidup tidak semestinya menjadikan kita sebagai pribadi yang egois bahkan kehilangan rasa kemanusiaan. Bahkan, melalui perikop ini kita melihat bagaimana pertolongan dapat menjadi pintu yang terbuka bagi kedatangan berkat-berkat yang tidak terduga. Namun, itu bukan berarti kita menjadikan pertolongan sebagai ‘tiket’ untuk mendapatkan berkat. Pertolongan dan mempertahankan rasa kemanusiaan tidak dapat dilakukan dalam wujud pamrih, melainkan hanya dalam ketulusan di hadapan TUHAN.