Salah satu kebutuhan manusia secara psikis adalah merasa diterima dan diakui oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Itulah mengapa, tidak sedikit orang yang merasa tidak begitu diterima, bahkan merasa tertolak di tengah lingkungannya akan bertumbuh menjadi pribadi yagn sulit percaya serta cenderung tertutup pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Meskipun, banyak faktor yang juga dapat menimbulkan dampak yang berbeda pada diri setiap orang melalui pengalaman tertolak.
Pada momen penahbisan jabatan imam pada diri Harun beserta anak-anaknya, TUHAN pun melakukan sebuah tindakan yang cukup menarik untuk kita maknai dalam perspektif penerimaan sosial. TUHAN tidak sekadar memerintahka Musa untuk melakukan penahbisan secara tertutup, dalam artian hanya di hadapan Musa dan TUHAN melainkan di hadapan seluruh umat Israel. TUHAN ingin mengukuhkan penahbisan tersebut sebagai sebuah pengalaman komunal yang disaksikan oleh seluruh umat, yakni orang-orang yang akan dilayani oleh Harun dan anak-anaknya sebagai imam. Apabila kita menggunakan pentingnya penerimaan sosial pada diri manusia, maka kita pun dapat menemukan bahwa praktik penahbisan yang muncul dalam perikop ini sangat berdampak menghasilkan penerimaan dan pengakuan dari umat Israel terhadap Harun beserta anak-anaknya. Penahbisan tersebut tidak sekadar mengukuhkan peran mereka sebagai imam yang didasari oleh berkat TUHAN, melainkan juga menegaskan pentingnya penerimaan dan kepercayaan umat.
Melalui bacaan ini kita mendapati bahwa setiap orang yang berperan sebagai pemimpin sekaligus melayani kebutuhan spiritual umat perlu mendapatkan dukungan dari setiap orang sebagi wujud kepercayaan yang juga perlu dipertahankan. Pengakuan dari umat akan menolong para pelayan menjadi semakin percaya diri dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin yang melayani kebutuhan umat, sekaligus menunjukkan bahwa jabatan tersebut dijalankan dengan kepercayaan dari setiap orang yang terlibat di dalamnya.