Mari kita berandai berada dalam sebauh situasi yang sangat tidak menguntungkan. Anggaplah kita sedang mengantre untuk sebuah produk yang sudah sangat lama kita dambakan dan nantikan tanggal perisilannya. Namun, setelah cukup lama mengantre ternyata kita dinyatakan tidak dapat membeli produk tersebut karena telah kehabisan stok. Selang beberapa waktu kemudian, kita pun mengetahui bahwa ternyata stok produk masih ada di dalam gudang penyimpanan, namun semuanya sudah dikuasai oleh pihak yang memonopoli proses. Kira-kira, respons apa yang akan anda berikan? Ini hanyalah gambaran imajiner sederhana mengenai sebuah kondisi ketidakadilan yang sangat menjengkelkan, meresahkan dan merugikan setiap korban di dalamnya.
Suasana keadilan juga menjadi tema utama dalam syair mazmur 129, tepatnya ketika pemazmur mengungkapkan syukur atas perlindungan Tuhan yang merawat bangsa Israel. Di tengah berbagai bentuk kejahatan yang ditujukkan kepada mereka dari bangsa-bangsa lainnya, ternyata mereka tetap berada dalam perlindungan dan penuh dengan berkat pemeliharaan Tuhan. Inilah keadilan dari Tuhan yang disadari oleh pemazmur dan patut untuk disyukuri oleh seluruh bangsa Israel. Secara tidak langsung, konsep pemikiran pemazmur dalam syair ini telah mengingatkan para pembaca bahwa menikmati berkat Tuhan, meski di tengah berbagai bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh orang lain, tetaplah menjadi bentuk keadilan pemeliharaan Tuhan. Lebih tepatnya, Tuhan tidak membiarkan umat-Nya hidup dalam kesemena-menaan manusia dan tidak diperhatikan oleh-Nya.
Sahabat Alkitab, menikmati keadilan Tuhan tidak berarti menuntut Tuhan untuk bertindak sesuai dengan tindakan dan waktu yang kita inginkan, melainkan dalam sikap hidup yang juga menghadirkan keadilan di tengah konteks hidup kita sendiri. Artinya, di mana pun kita hadir hendaknya membawa bentuk keadilan yang dapat dirasakan oleh banyak orang, bukan justru menjadi penghambat apalagi perampas keadilan bagi orang yang berhak atasnya. Ingatlah, setiap manusia termasuk kita tentu ingin mengalami keadilan dan tidak berkenan untuk mendapatkan ketidakadilan dari berbagai pihak. Namun, kita juga perlu dengan rendah hati, kesadaran diri dan ketulusan menghadirkan keadilan bagi dunia sehingga keadilan Tuhan tidak kita nikmati dalam keegoisan, melainkan dalam kesediaan iman untuk bersaksi di tengah dunia.