Merasakan bahagia pada saat mengalami banyak peristiwa yang ‘menguntungkan’ tentu bukanlah perkara yang sulit. Sebagai umat Tuhan, kebahagiaan itu pun sangat cepat mewujud dalam ungkapan syukur penuh sukacita kepada Tuhan. Tidak sedikit orang yang akan langsung memuji dan mengungkapkan komitmennya kepada Tuhan pada saat ia mengalami ‘keuntungan’. Namun, kondisinya bisa berubah drastis ketika hidupnya justru sedang dirundung masalah atau mengalami banyak hal yang ‘merugikan’. Seberapa banyak umat Tuhan yang tetap memilih untuk bersyukur dan memuji Tuhan dalam komitmen iman meskipun ia sedang menghadapi pergumulan dibanding pada saat ia sedang mengalami peristiwa yang dianggap menguntungkan?
Gambaran hidup penuh berkat Tuhan yang muncul dalam syair mazmur ini tentu sangat didambakan oleh setiap manusia yang percaya kepada-Nya. Nampaknya, sangatlah tidak mungkin jika seorang umat Tuhan justru menolak kondisi hidup penuh berkat Tuhan, serupa dengan gambaran dari syair mazmur ini. Bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan di tengah kondisi hidup yang demikian pun tidaklah sulit untuk dilakukan. Setiap orang yang ada di dalamnya tentu akan sangat percaya diri dan seolah begitu meyakinkan menunjukkan komitmen imannya kepada Tuhan. Namun, apakah sikapnya akan tetap sama jika kondisi hidupnya justru sedang mengalami penuh masalah atau pergumulan berat yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama? Inilah mengapa, setiap umat Tuhan perlu dengan cermat dan tulus membangun sikap imannya kepada Tuhan.
Sahabat Alkitab, beriman, berbahagia dan bersyukur kepada Tuhan hendaknya tidak menjadi sebuah respons yang sifatnya temporer kepada Tuhan. Semua itu perlu kita latih dan bangun sebagai gaya hidup yang konsisten kepada-Nya sehingga hidup kita tetap berada dalam sikap takut akan Tuhan yang tulus. Biarlah perkataan pemazmur sungguh-sungguh menjadi pedoman untuk membangkitkan kesadaran iman untuk bersyukur secara konsisten kepada Tuhan. “Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan-jalan-Nya!”