Setiap kebudayaan memiliki falsafah hidup mereka masing-masing. Falsafah-falsafah itu dibuat berdasarka n pengamatan dan pengalaman hidup dan dimaksudkan untuk menuntun agar manusia hidup semakin baik. Tidak mengulangi kesalahan masa lalu, tetapi terus memperbaiki diri sehingga mendapatkan kebahagiaan hidup yang sejati. Apa yang kita baca dalam ayat-ayat ini adalah hal yang tidak jauh berbeda.
Ayat-ayat kita hari ini membandingkan antara kehidupan orang benar, pandai, takut akan Tuhan dan tulus disatu sisi, dan orang fasik, bodoh, bebal, malas, dan suka berbuat jahat disisi lain. Menurut ayat-ayat ini, nasib orang yang pertama akan berakhir dengan keberuntungan, kebaikan, dan kebahagiaan. Sementara orang yang kedua akan bernasib sebaliknya, yaitu ketidakberuntungan, kecelakaan, dan tidak disukai orang. Dengan menuliskan perbandingan ini, penulis kitab Amsal berharap kita semua yang membacanya akan memilih untuk hidup sebagai orang benar. Dan dengan demikian menemukan menemukan segala keberuntungan dan kebahagiaan.
Sahabat Alkitab, ketika membaca nasehat-naseha semacam ini, pertanyaan selalu muncul: apa benar? Bukankah pemandangan yang sebaliknya justru yang paling banyak terlihat? Orang fasik hidup beruntung dan penuh kesenangan, sementara orang benar sering pengalami kesulitan dan hidup berteman derita. Hal yang demikian, hendaknya tidak membuat kita meragukan nasehat dalam ayat-ayat ini. Dalam jangka waktu yang terbatas, memang benar apa yang kita lihat itu yang terjadi. Tapi ingat, hidup itu panjang dan kebenaran dari nasehat-nasehat itu terbukti.
Salam Alkitab Untuk Semua