Kemuliaan Tuhan dapat kita rasakan pada saat kita membuka hati serta pikiran untuk menghadapi kenyataan, betapa pun beratnya itu, di dalam ikatan relasi iman yang dinamis bersama Tuhan. Persoalannya adalah manusia sangat mudah dikalahkan dengan ketakutan akan kenyataan hidup yang sedang ia hadapi. Bahkan, manusia pun dapat dengan mudah kalut di tengah ketakutan akan sesuatu yang belum terjadi, akan beragam hal yang masih sangat tidak jelas. Alhasil, pandangan imannya pun menjadi suram untuk memandang peran aktif Tuhan yang selalu muncul dalam kehidupannya. Ia menjadi banal untuk merasakan kehangatan bimbingan Tuhan akibat kekecewaan, keresahan, kecemasan dan perasaan kalah di hadapan kenyataan hidup yang begitu sulit untuk diterima.
Kemarahan Tuhan kepada orang Israel yang muncul dalam perikop bacaan hari ini pun terjadi bukan karena orang Israel sekadar merasakan takut, melainkan karena mereka memilih untuk meluruhkan iman dari diri mereka dan menggantikannya dengan ketakutan itu sendiri. Itulah sebabnya, ungkapan kegusaran dari Tuhan tampil melalui dialog Tuhan yang menggugat keengganan orang Israel untuk percaya kepada-Nya dan kecenderungan mereka untuk melupakan beragam karya penyelamatan yang Ia lakukan.
Sahabat Alkitab, ‘ketakutan’ masih menjadi topik besar permenungan kita dalam beberapa hari terakhir ini. Setelah kemarin kita diingatkan mengenai celah besar dari ketakutan yang dapat membuat kita memalingkan hati dan pikiran dari Tuhan, sekarang kita pun diberikan sebuah nilai pembelajaran untuk menanggulanginya. Dialog dari Tuhan yang muncul pada perikop bacaan ini tidak sekadar sebuah ungkapan kegusaran atas perilaku bangsa Israel, melainkan juga menjadi sebuah panduan penting bagi umat Tuhan untuk menghadapi ketakutan di tengah perjalanan kehidupan. Kita perlu menggali ingatan atas segala karya penyertaan dan penyelamatan yang selalu Tuhan lakukan untuk kemudian kita syukuri di sepanjang waktu. Melalui ingatan dan rasa syukur atas hal tersebut, kita pun akan dimampukan untuk menghadapi ketakutan atas kenyataan hidup yang sulit dengan selalu berpegang teguh pada bimbingan Tuhan. Kita mungkin merasa takut, namun bukan artinya kita justru membelakangi Tuhan dan memalingkan hati serta pikiran dari-Nya.