Salah satu akibat dosa adalah terputusnya relasi antara manusia dengan Allah serta manusia dengan sesamanya. Allah yang diam dalam kekudusan-Nya, menginginkan agar umat-Nya juga hidup dalam kekudusan. Dosa menjauhkan itu semua. Kita tidak lagi menghidupi kehidupan berdasarkan firman-Nya, melainkan hawa nafsu kita semata.
Ketakutan mendalam atas keterpisahan dengan Allah inilah yang diekspresikan pada ayat 11-15. Pemazmur mengajak kita untuk berseru dengan lantang kepada Allah, “sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! (ay.11)”. Jika selama ini Allah diyakini menghadapkan wajah-Nya kepada umat, kini yang diminta pemazmur justru sebaliknya. Dosa-dosa yang dilakukannya membuatnya merasa tidak pantas untuk mendapatkan perhatian Tuhan yang begitu dalamnya.
Ia tidak ingin situasi itu berlangsung lebih lama lagi maka ia memohon agar Tuhan menghapuskan segala kesalahannya. Pemazmur menghendaki agar Allah memurnikan hati-Nya dan dari situlah datang kegembiraan karena merasakan karya keselamatan Allah yang begitu luar biasa. Sebagai respons dari karya Tuhan itulah pemazmur merasa bersyukur serta menghendaki agar orang-orang tahu akan pengampunan serta belas kasihan Allah. Maka dalam keberadaan yang telah dipulihkan oleh Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, satu hal yang menjadi kerinduan pemazmur adalah memuji Allah serta mengupayakan pertobatan sejati dalam hidup sehari-hari, sebab itulah yang Allah inginkan lebih dari kurban bakaran yang Ia perintahkan.
Sahabat Alkitab, kembalilah kepada pelukan Allah Sang Pencipta Semesta. Ia menanti kita dengan penuh kasih. Maka hampirilah Dia dengan membawa hati yang berserah serta membawa seluruh pengakuan kita atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Allah hadir dan menyatakan belas kasihan-Nya kepada mereka yang memohon pengampunan kepada-Nya. Ia akan membasuh dan menyucikan hati kita.