Cukup, cukup, cukup. Pemazmur mengungkapkan akan rasa cukup yang ia rasakan dalam dirinya sehingga tidak ada lagi keinginan yang mau dikejarnya sedemikian rupa. Tidak ada lagi ambisi yang berkobar dalam dirinya yang dapat membuatnya jatuh dalam kesombongan saat mencapainya. Ia telah sampai pada satu titik yaitu ketenangan jiwa. Harapannya kepada Allah tidak hilang, tetapi berubah nilainya.
Sahabat Alkitab, manakah yang benar: berdoalah sampai sesuatu terjadi atau berdoalah sampai kita mengenal kehendak Allah? Apakah kita dibolehkan mengeklaim janji Allah dalam doa permohonan kita dan membubuhkan kata "beriman" sebagai legalitasnya? Dalam nyanyian doanya, pemazmur menunjukkan kedewasaan berimannya kepada Tuhan yaitu dengan sikap pasrah sempurna. Memiliki keinginan tentu tidak mengapa, namun dari pemazmur kita melihat bahwa ia memilih untuk mengosongkan dirinya dari segala keinginan itu lalu menyelaraskan kehendak Allah dalam dirinya. Dalam suratnya (Yakobus 4), Yakobus melihat doa-doa yang diisi dengan ambisi dan keinginan hanya melahirkan masalah. Berdoalah sampai sesuatu terjadi, dan sesuatu itu adalah kehendak Allah, berharaplah akan itu.
Marilah belajar mengosongkan dan menyangkal diri, agar tenanglah jiwa kita, sebab Allah akan mengisinya dengan damai-Nya.
Salam Alkitab Untuk Semua