Seringkali hati nurani kita terusik oleh kenyataan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kejahatan dan ketidakadilan terjadi di mana-mana, tetapi balasan atau konsekuensi terhadap para pelakunya seringkali berbanding terbalik dengan fenomena yang terjadi. Mereka yang terang-terangan berbuat kelaliman justru mendapatkan kehidupan yang nyaman dan baik, seperti jauh dari segala mara bahaya.
Sebagai umat beriman yang diundang Allah untuk hidup dalam kebenaran, pada akhirnya kita menyadari bahwa keadilan yang sejati datangnya hanya dari Dia yang Maha Adil.
Kegundahan hati serupa juga ditampilkan dalam perikop yang kita perhatikan kali ini. Pemazmur meminta tolong dan memohon perlindungan kepada Allah. Keberadaan mereka begitu mengancam dan mencekam, selayaknya singa yang hendak menerkam serta mencabik mangsanya.
Petisi kepada Allah tersebut didasari atas keberadaannya sebagai orang benar yang taat pada kehendak-Nya. Pemazmur menunjukkan tidak pernah sekalipun ia berbuat yang jahat di hadapan Allah (ayat 4–6). Jikalau ia melakukan sedikit saja kejahatan, maka patutlah Tuhan mengadilinya. Namun, kejahatan itu tidak dilakukannya, maka pembelaan Tuhan seharusnya menjadi sebuah keniscayaan.
Pemazmur mengajak kita semua untuk menyadari hakikat Allah tidak hanya sebagai Maha Pengasih tetapi juga sebagai Allah yang Maha Adil. Ia menyerukan untuk ditegakkannya keadilan Tuhan yang mengatasi segala bangsa di dunia.
Di hadapan Tuhan, pada akhirnya kejahatan orang fasik akan berakhir, sementara orang benar akan diteguhkan-Nya (ayat 10). Dalam keyakinan tersebut, pemazmur mengajak kita untuk menghayati penggambaran Allah sebagai Sang Perisai yang melindungi dari berbagai hal-hal buruk yang terjadi. Perlindungan itu didasarkan atas hikmat dan pertimbangan-Nya yang agung karena Ia adalah Sang Hakim yang Adil (ayat 12).
Sahabat Alkitab, sebagai umat-Nya, kepekaan kita terhadap ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita seharusnya menguat. Mengapa? Ia yang kita sembah adalah Allah yang adil, sehingga mengundang kita untuk turut menjadi orang-orang yang senantiasa mengupayakan kebenaran serta keadilan.
Mari meyakini bahwa pada akhirnya Allah adalah Tuhan yang Maha Adil dan bersikap dengan tegas terhadap kefasikan. Tugas kita adalah untuk teguh berdiri di jalan-Nya serta tidak ikut dalam arus dunia yang menyesatkan, terutama ketika dunia membujuk kita untuk membenarkan, melazimkan, bahkan melupakan penindasan serta perlakuan tidak adil terhadap sesama.
Allah yang kita kenal adalah Allah yang mengingat dan mengenal seluk-beluk ciptaan-Nya. Tidak seperti kita yang atas nama kenyamanan serta keamanan, seringkali tergoda untuk menafikan dan melupakan tragedi serta kejahatan yang mungkin pernah terjadi di sekitar kita.
