Perkataan sangat mudah untuk dikeluarkan, meski sangat sulit dikendalikan. Tidak heran muncul banyak frasa sastra yang mencoba menggambarkan tentang peranan lidah dengan perkataan dalam kehidupan seorang manusia maupun hidup bersosial. Misalnya, di Indonesia, terdapat sebuah peribahasa mengenai lidah yang bertutur, “Tajam lidah daripada pedang.” untuk menggambarkan bahwa lidah dengan segala perkataan bisa menjadi senjata yang melukai, entah orang lain maupun diri sendiri pada akhirnya. Di dalam Perjanjian Baru, tepatnya Yakobus 3:5 tertulis, “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun keccilnya api; dapat membakar hutan yang besar.” Intinya, keduanya mencoba menggambarkan betapa berdampaknya perkataan-perkataan yang keluar dari mulut seorang manusia. Bahkan, dari pengalaman pemazmur kita dapat membuat kesimpulan bahwa musuh-musuh Daud tidak sekadar memberikan serangan fisik tetapi juga verbal, melalui perkataan-perkataan yang merusakkan jiwa.
Kita tidak dapat menganggap remeh hal ini karena luka jiwa akibat perkataan. Daud mengalami kerusakan fisik dan mental. Letih dan perihnya sisa-sisa pertempuran maupun pelarian dari para lawan politik ternyata masih ditambah dengan luka-luka dalam jiwa. Daud pun meminta agar TUHAN memberikan pembelaan dan mengembalikan kondisi jiwanya menjadi seperti semula, menjadi segar dan pulih di dalam TUHAN. Kemudian, jika kita perhatikan di dalam ayat 17 hingga 21 terdapat beberapa penggunaan kata yang masih sangat berkaitan dengan lidah maupun perkataan. Terdapat kata ‘menyanyikan syukur’, ‘memuji-muji’, ‘tidak membicarakan damai’, ‘membuka mulutnya lebar-lebar’, ‘syukur-syukur’. Semuanya terbagi kedalam dua tendensi yakni, membangun atau merusak.
Pengalaman Daud yang sedang dalam kesusahan dan tekanan para lawannya memberikan kita sebuah bentuk kesaksian tentang hidup bersosial, secara khusus dalam menggunakan perkataan terhadap sesama. Kita perlu ingat bahwa, perkataan adalah luapan isi hati yang mencerminkan kualitas karakter dan iman seorang mansia. Marilah kita renungkan, seberapa sering kita menggunakan mulut untuk menghasilkan perkataan yang membangun jiwa atau merusak jiwa, entah orang lain maupun diri sendiri?
Salam Alkitab Untuk Semua