Nyanyian sebagai pujian untuk Tuhan adalah sebuah praktik religiusitas yang melekat dengan kehidupan segenap umat Tuhan. Kita pun sudah tidak asing untuk menjadikan nyanyian sebagai bagian dari beragam ritus peribadahan sebagai wujud pujian untuk Tuhan. Beragam nyanyian pujian, entah yang sudah berumur puluhan hingga ratusan tahun, maupun yang masih sangat muda tersedia sebagai pilihan untuk dinyanyikan bagi umat Tuhan. Namun, apakah kita benar-benar menaruh perhatian dan pemaknaan yang personal terhadap setiap nyanyian tersebut? Terlebih lagi, apakah kita benar-benar mampu mendalami nilai dari pujian untuk Tuhan?
Syair Mazmur pada hari ini telah menunjukkan kepada kita bahwa terdapat banyak fakta yang ada di sekitar kita untuk memuji Tuhan, untuk memuliakan nama-Nya melalui beragam hal yang dapat kita temui secara mudah. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali justru kita sendirilah yang menciptakan batasan untuk melakukannya. Entah sadar maupun tidak sadar kita sangat mudah membuat beragam alasan untuk menahan diri memberikan pujian bagi Tuhan. Padahal, berdasarkan teks Mazmur ini kita justru melihat beragam hal yang begitu banyak untuk disyukuri sebagai umat Tuhan.
Sahabat Alkitab, pemazmur melalui syair yang kita renungkan pada hari ini tidak sekadar memberikan rangakaian kata-kata indah sebagai karya sastra. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa teks-teks Mazmur seperti ini menjadi modal yang sangat baik untuk dijadikan syair-syair lagu yang indah, khususnya jika dipadukan dengan melodi-melodi yang tepat. Namun, esensi utama dari syair ini bukan berada pada rangkaian kata yang apik maupun potensi keindahannya sebagai lagu yang baik, melainkan terletak pada kesadaran dan pengakuan iman dari seorang umat Tuhan yang memuji-Nya. Syair ini menunjukkan bahwa terdapat banyak hal yang dapat kita jadikan sebagai modal untuk memuji Tuhan. Terdapat banyak peristiwa yang pantas untuk kita rayakan sebagai pujian untuk Tuhan. Terdapat banyak momen yang semestinya kita nikmati dalam kesediaan untuk memuliakan nama-Nya. Intinya, terdapat banyak hal sebagai modal untuk memuji dan memuliakan Tuhan, namun terkadang semua itu menjadi hambar akibat ketidakmampuan kita untuk menyadarinya.