Pada bagian ini terdapat setidaknya tiga hal yang dapat kita maknai dari tulisan Paulus kepada jemaat di Galatia. Pertama, Paulus sedang menekankan pentingnya pemahaman iman jemaat agar tidak terpenjara oleh didikan yang justru membawa mereka kepada bentuk-bentuk formalisme beriman. Paulus ingin mengingatkan mereka bahwa sejatinya iman mereka bertumbuh dengan pemahaman dan keyakinan Kristus telah memberikan pembebasan atau kemerdekaan sebagai anugerah, bukan sebagai hasil upaya manusia. Poin ini sebenarnya cukup mengental dalam tulisan Paulus kepada jemaat di Galatia. Kita pun akan menemukan berbagai kritik dari Paulus dan pendampingan pastoral bagi jemaat di Galatia akibat pergeseran pemahaman iman tersebut. Kedua, Paulus juga sekaligus menekankan perannya sebagai pengajar yang tidaklah lebih rendah, bahkan bertentangan dengan para pilar jemaat seperti Yakobus, Kefas dan Yohanes. Ketiganya adalah para pengajar yang dipimpin oleh Tuhan untuk memimpin, begitu pula dengan diri Paulus yang tidak bekerja berdasarkan keinginan dan untuk tujuannya pribadi. Paulus menegaskan bahwa segala karya pelayanan pekabaran injil yang ia lakukan terjadi karena kemampuan dari Tuhan dan ia persembahkan untuk Tuhan. Ketiga, Paulus juga mengingatkan tentang tanggung jawab iman yang tidak semestinya mementingkan pertumbuhan dan keamanan diri sendiri, namun perlu juga memperhatikan sesama melalui praktek pelayanan terhadap orang-orang miskin.
Sahabat Alkitab, di tengah model kehidupan modern yang semakin menekankan citra di atas segalanya, seperti yang muncul dalam gaya hidup bermedia sosial, ditambah dengan kebutuhan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya, kita pun perlu berhati-hati agar tidak terperangkap pada orientasi hidup yang tidak sehat. Maksudnya, kita perlu benar-benar cermat agar tidak secara sembarang mengejar pengakuan dari orang lain padahal terjadi dalam cara yang tidak sehat dengan bentuk eksistensi diri yang juga tidak esensial. Hal ini dapat dengan mudah kita temukan di media sosial, yakni ketika banyak individu berusaha melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya maupun orang lain hanya demi mendapatkan pengakuan sosial. Hal ini pun dapat merasuk ke dalam kehidupan beriman seorang umat Tuhan, yakni ketika segala bentuk praktik beriman kita lakukan bukan sebagai wujud ketulusan iman, melainkan demi mendapatkan pengakuan bahkan penghormatan dari orang lain. Paulus telah menunjukkan bahwa segala bentuk karya pelayanan dan statusnya ia karena maupun demi pengakuan orang lain, melainkan terjadi karena penyertaan Tuhan. Jadi, apakah anda menjalani praktik beriman untuk Kristus atau untuk pengakuan sosial semata?