Frasa ‘manusia adalah serigala bagi sesamanya’ nampaknya sangatlah relevan dengan pesan yang muncul dari tulisan Paulus ini. Bahkan, secara lebih jelas Paulus mengingatkan jemaat agar tidak saling menyerang dan menggigit satu sama lain. Kondisi jemaat di Galatia yang sedang mengalami persoalan pengajaran yang genting ternyata juga telah menimbulkan iklim berkomunitas yang tidak sehat. Mereka tidak lagi hidup dalam semangat berjemaat yang saling mendukung dan melindungi, melainkan berubah saling menjadi ancaman.
Kemerdekaan yang telah mereka dapatkan dari Kristus, semestinya menjadi modal untuk dipergunakan untuk berperan menjadi berkat, bukan justru menjadi kutuk atau duka bagi orang lain. Sungguh disayangkan jikalau kemerdekaan yang Kristus berikan justru direspons secara narsis dan tidak bertanggung jawab, yakni dengan tidak memberikan kepedulian untuk menolong orang lain. Secara khusus, sesuai kondisi jemaat di Galatia, kemerdekaan yang semestinya menjadi modal bagi mereka untuk saling mendukung dalam rupa memberikan pendampingan bagi anggota jemaat lainnya untuk mengalami pertumbuhan iman, bukan justru memberikan penghakiman maupun pengajaran yang justru merendahkan serta mengarahkan saudaranya menuju stagnasi.
Sahabat Alkitab, sebagai umat Tuhan yang telah dimerdekakan oleh Kristus, kita perlu menyadari bahwa Tuhan telah memberikan kita banyak potensi untuk menjalani hidup bebas menjadi berkat. Sungguh disayangkan ketika seorang umat yang merasa sudah dimerdekakan oleh Tuhan, justru menjalani hidupnya dengan berperan sebagai ‘hakim’ bagi sesamanya. Ia merasa bahwa orang lain tidaklah lebih baik dari dirinya sendiri. Ia merasa bahwa ia berhak memberikan penilaian yang justru membelenggu sesamanya untuk bertumbuh. Oleh sebab itu, kita perlu merespons kemerdekaan dari Kristus secara bertanggung jawab, penuh kerendahan hati dan ketulusan agar tidak terjerumus dalam sikap hidup yang narsistik.