Tulisan Paulus pada teks ini sudah sangat lugas dalam menekankan mengenai pentingnya peran pendengaran atas firman Allah. Secara lebih luas, ia telah mengutip perkataan para nabi mengenai sikap umat Allah yang justru menyia-nyiakan kesempatan untuk mengalami firman Allah yang telah tersedia. Kehadiran firman Allah yang dimulai oleh pemberitaan para nabi sesungguhnya menjadi wujud dari gerakan Allah yang ingin merengkuh umat semakin erat ke dalam dekapan kasih-Nya. Namun, sikap penolakan dari mereka itulah yang telah menyia nyiakan kesempatan yang tak ternilai tersebut. Meski demikian, Allah tidaklah membiarkan firman-Nya menjadi tak bernilai hanya oleh karena perilaku yang tak bertanggung jawab demikian, melainkan Allah membuat jangkauan firman-Nya menjadi semakin luas. Satu-satunya hambatan bagi manusia untuk mengakses firman Allah merupakan keengganan diri untuk menggapainya. Artinya, Allah telah memberikan ruang dan kesempatan yang begitu besar bagi setiap hati yang merindukan firman-Nya. Tidak ada syarat yang menjadi penghalang bagi setiap individu yang ingin mengalami firman Allah.
Sahabat Alkitab, seberapa sering anda mendengarkan firman Tuhan? atau, seberapa sering anda melakukan pembacaan Alkitab secara mandiri, bukan dalam kegiatan peribadahan komunal? Kemudian, seberapa dalam anda merasakan ikatan dengan setiap kata-kata firman tersebut? Apakah anda merasakan adanya pertumbuhan atau justru suasana hambar yang memenuhi hati dan pikiran anda? Pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah dimaksudkan sebagai penghakiman bagi setiap kita, melainkan sebagai ajakan untuk mencermati secara jujur di hadapan Allah mengenai kualitas hubungan yang kita bangun melalui teks firman Allah tersebut. Persoalannya, sungguh disayangkan jikalau masih banyak umat yang menganggap remeh peran Alkitab sebagai ‘pintu’ yang terus terbuka bagi seseorang untuk mengalami peningkatan kualitas relasi dengan-Nya. Padahal, kita perlu menyadari bahwa, sebagai orang yang hidup di masa modern ini, kita tidaklah kesulitan untuk mengakses teks Alkitab maupun mendengarkan beragam pengajaran firman Allah yang terbuka secara luas dan masif. Namun, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengoptimalkannya?