Daud tidak hanya menjadi satu-satunya pihak yang berproses dalam narasi ini. Saul pun menjadi pihak lain yang mengalami perubahan dalam dirinya. Perbedaannya, Daud menjadi semakin teguh dan lugas sebagai orang yang berupaya hidup benar di hadapan TUHAN, sedangkan Saul berubah untuk kedua kalinya dari kesalahannya atas Daud.
Berdasarkan dua narasi yang menampilkan kesempatan bagi Daud untuk membunuh Saul, kita selalu melihat adanya pertobatan atau perubahan sikap dari Saul kepada Daud. Saul yang tadinya beringas kepada Daud telah berubah menjadi sosok ayah yang penuh kasih kepada anaknya. Namun, terdapat beberapa pertimbangan yang cukup masuk akal untuk memahami perubahan Saul tersebut, yaitu: pertama, perubahn itu hanya bersifat formalitas dan poilitis karena Saul tahu bahwa ia telah kalah kuasa dari Daud; kedua, Saul memang ketakutan kepada Daud; dan ketiga, Saul jarang diperhadapkan dengan suara-suara yang menyampaikan kebenaran seperti yang muncul dari sosok Daud. Apabila kita mempertimbangkan faktor ketiga dan menempatkannya pada narasi yang muncul dalam perikop ini, maka dapat ditemukan bahwa Saul memang kehilangan pertimbangan yang berlandaskan kebenaran. Itulah sebabnya Daud berkata kepada Saul, “Jika TUHAN yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban persembahan; tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan TUHAN, karena mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian dari pada milik TUHAN…”
Saul selalu mengalami pertobatan pada saat ia mendengarkan suara Daud dengan segala logika dan landasan sikap iman yang ada disampaikan kepadanya. Kemudian, berulang kali pula Daud menegaskan mengenai buruknya pengaruh manusia-manusia yang ada di sekitar Saul yang telah membuatnya melakukan kejahatan di hadapan TUHAN. Gelar perkara yang dilakukan Daud kepada Saul di hadapan TUHAN, tidak hanya menjadi media untuk mempertahankan dirinya sebagai pihak yang benar melainkan juga menjadi cara untuk menyadarkan Saul atas segala kesalahannya.
Sahabat Alkitab, hari ini kita belajar mengenai pentingnya menyuarakan kebenaran yang sesuai dengan firman TUHAN. Setiap sikap dan opini yang berlandaskan firman TUHAN selalu memiliki kuasa yang transformatif. Kita memang tidak dapat memungkiri bahwa ada masa ketika upaya kita seolah tidak berdampak apa pun. Namun, kisah Daud menjadi bukti bahwa menyuarakan kebenaran menurut firman TUHAN merupakan cara terbaik untuk bersaksi sebagai umat TUHAN.