Keteguhan Daud dalam mempertahankan kebaikan dan kebenaran di hadapan TUHAN kembali dibuktikan ketika ia memiliki kesempatan yang kedua kalinya untuk membunuh Saul. Situasi yang muncul dalam kesempatan kedua ini memiliki keserupaan dengan situasi yang muncul pada kesempatan pertama. Keduanya menampilkan Saul yang berada pada posisi lemah dan lengah, sedangkan Daud berada pada posisi yang penuh kuasa. Kemudian, di dalam kedua kesempatan ini Daud selalu mendapatkan saran dari pengikutnya untuk membunuh Saul sebagai penggenapan janji TUHAN atas dirinya. Namun, Daud tetap mempertahankan sikap dan menunjukkan ketaatannya kepada TUHAN.
Daud dengan tegas menjawab Abisai, “Kiranya TUHAN menjauhkan dari padauk untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN.” Baginya, tidak ada pilihan untuk membunuh Saul sebagai orang yang menerima pengurapan otoritas kerajaan dari bangsa yang dipilih TUHAN. Nampaknya Daud begitu memahami nilai penahbisan raja itu, bukan hanya secara politis melainkan lebih lagi secara spiritual. Itulah mengapa kita melihat Daud yang begitu persisten dalam melakukan hal benar terkait konflik antara dirinya dengan Saul.
Kita dapat memastikan bahwa Daud mengetahui bahwa ia berada posisi yang benar di tengah permasalahannya dengan Saul. Namun, ia cukup bijaksana untuk memahami bahwa berada pada posisi yang benar tidak memberikan ia pembenaran untuk melakukan kejahatan. Bagaiamana pun juga, Saul telah menerima tahbisan raja yang diberkati oleh TUHAN. Kedua kesempatan untuk membunuh Saul telah digunakan Daud sebagai momen untuk menunjukkan kesetiaan, ketaatan dan ketegasan sikapnya untuk hidup benar di hadapan TUHAN.
Sahabat Alkitab, sikap Daud pada cerita ini telah menjadi sebuah bahan pelajaran mengenai pentingnya mempertahankan kebenaran di hadapan TUHAN. Melalui sikap demikian, kita telah menjadi saksi mengenai kuasa TUHAN kepada dunia sekaligus menwujudkan iman yang semakin teguh kepada TUHAN. Itulah sebabnya, setiap umat percaya memiliki tugas dan tanggung-jawab untuk selalu mengupayakan munculnya kebenaran dalam sikap hidup sehari-hari. Setiap manusia seringkali diperhadapkan pada pilihan baik-buruk dan benar-salah, namun bagi umat TUHAN hanya ada satu sikap yang perlu diupayakan, yaitu persisten melakukan kebenaran.